by Ummu Nashifa
12 Januari 2014, seminggu yg lalu merupakan hari milad suamiku yg 32
tahun. Hari itu sebenarnya harus lebih berbeda dari biasanya. Biasanya
sebagai istri sudah menyiapkan ucapan berupa doa dan sebungkus kejutan
walau berupa kado kecil.
Namun ada yang berbeda di hari itu. 12 Januari itu merupakan hari Ahad,
dan sejak bada subuh, saya sudah sibuk menemani suami untuk menyiapkan
perlengkapan untuk mengadakan pelayanan kesehatan secara rutin di pasar
Green Garden, Rorotan, Jakarta Utara.
Walau kami sekarang berdomisili di kelurahan lain, dikarenakan letak
sekolah anak yang cukup jauh jika ditempuh dari Rorotan, namun suami
tetap mengemban amanah sebagai ketua PKS DPRa Rorotan dengan penuh
semangat.
Maklum saja, perhelatan akbar bagi negeri ini sebentar lagi akan tiba.
Bukan karena sekedar dipilih, kami mengadakan pelkes (pelayanan
kesehatan) itu secara rutin. Namun agenda pelkes merupakan agenda wajib
untuk terus terjun ditengah masyarakat sebagai bukti kami sebuah
organisasi politik yang harus memiliki andil nyata ditengah masyarakat.
Iklan di televisi bagi partai kami yang minim biaya tentu bukan hal yang
mudah. Kami pikir daripada hanya beriklan memberikan janji indah
semata, terjun ke tengah masyarakat secara rutin lebih efektif untuk
mengenalkan program dan lebih dekat secara psikologis masyarakat dengan
PKS beserta kadernya. Biarlah kerja kerja kami ini, menjadi usaha dan
bukti kami untuk mensyiarkan bahwa masih ada sekumpulan anak muda yang
memiliki sebegitu banyak harapan untuk masa depan yang lebih baik untuk
Indonesia yang dicintainya.
Kembali soal ultah suamiku ini. Sungguh hari itu menjadi hari yang
sedikit membuatku malu, karena sejak membantu suami menyiapkan
perlengkapan pelayanan kesehatan, hingga tiba di lokasi dan lantas
segera sibuk menerima pendaftaran dari masyarakat yang ingin menerima
pelayanan dari kami, saya masih saja tidak teringat bahwa hari itu
suamiku sedang menunggu ucapan doa special dari istri yang dicintainya,
cie..cie..geer sendirian.
Hingga waktu terus berlalu hingga pelayanan kesehatan akan segera
selesai, kemudian tanpa malu-malu atau mungkin sudah sangat geregetan
menunggu ucapan dari istrinya tidak datang jua tiba-tiba suamiku itu
bertanya dengan wajah polos diantara kader PKS lain yang sedang sibuk
bekerja.
Ummi, inget nggak ini hari apa?? Kata suamiku senyum-senyum..
Dengan entengnya langsung kujawab, ini hari ahad.
Hari ini, tanggal berapa yaa? Kata suamiku lagi.
Dengan mengingat-ingat tanggal sambil berfikir..tanggal berapa ya ini? Oh iya tanggal 12 kataku ringan.
(Maklum sejak menyandang gelar ibu rumah tangga full alias tidak
bekerja, sepertinya tanggalan menjadi tidak akrab
ditelingaku..he..he..maklum deh emak-emak sibuk, dengan urusanrumah
tangga)
Trus ini bulan berapa yaa? Katanya lagi coba mengingatkan.
Ya jelas bulan januari, kata ku lagi.
Emang kenapa sih, abi?? Kok nanya2 tanggal dan bulan. Tapi sekilas
kemudian segera saya berfikir..masya Allah, astaghfirullah langsung saja
muka ku merah malu karena segera saya ingat kalau hari ini merupakan
hari ultah suami tercintaku tersebut.
Ya Allah, barakallahu fii ummurik yaa suamiku..semoga Allah
memberkahi sisa usiamu, dan semoga kebaikan yang terus hadir dalam
dirimu dan sebuncah cinta karena Allah terus hadir menyelusup untukku
seperti selama ini.
Kontan saja, riuhan tawa dari kader PKS yang hadir karena tahu ketua
dpra mereka hari itu tepat berulangtahun, dan mungkin tertawa geli
karena istrinya kok bisa lupa yaa.
Memang sih bagi kami, hari lahir bukan sesuatu yang dirayakan khusus.
Namun hari itu biasanya menjadi lebih penting untuk memberikan sedikit
perhatian yang berbeda dari biasanya kepada pasangan dan mengucap doa
tulus di hari lahir tersebut agar kami bisa banyak-banyak bersyukur atas
waktu yang dilewati atau capaian dunia yang telah diraih. Selain wujud
syukur, tentu sebagai pengingat juga akan amalan apa yang sudah kami
perbuat, dan hal2 apa saja yang harus kami perbaiki sebagai manusia
kedepannya.
***
Seminggu telah berlalu, hari ini 19 Januari, hari ahad tepat 1minggu
dari hari milad suamiku, sebuah perahu karet penuh cinta kupersembahkan
untuk beliau.
Bukan tanpa alasan, saya memberikan hadiah tersebut. Hadiah itu
kuberikan untuk membuatnya semakin semangat untuk terus mengemban amanah
di DPRa kami, di Rorotan. Apalagi kondisi akhir-akhir ini akan cuaca
yang tidak menentu dan banjir yang kerap hadir di wilayah kami.
Semoga perahu karet penuh cinta itu akan bermanfaat untuk suamiku, dan
orang-orang yang akan kelak merasakan manfaatnya. Diantara para kader
PKS relawan banjir, walau sedikit terlambat, saya coba sedikit
memberikan kebahagiaan bagi suami tercinta.
Selain sebuah perahu karet, kebersamaanku di hari ini menemaninya
bersama kader PKS lain untuk terjun membantu warga "kami" di kampung
Sepat, Rorotan, Jakarta Utara semoga bisa menjadi tanda maaf atas khilaf
istrinya ini. Maafkan umi yaa abi.... Semoga milad dan kadonya tetap
berkesan walau diantara korban banjir dan terlambat seminggu.
Selamat milad suamiku, teruslah bersemangat dalam amanah, semoga hadiah
kecilku ini bisa menjadi sedikit bukti bahwa diriku insya Allah akan
setia menemani dalam kondisi suka maupun duka. Bersama kita tunaikan
janji di awal pernikahan kita untuk senantiasa setia dalam bingkai
dakwah.
With love, Ummu Nashifa