News Ticker :

>> KUDUS

>> Ruang Perempuan

INSPIRASI

>>TWITTER

Beginilah PKS Membantu Korban Banjir PArt 2

18.1.14


BEGINILAH PKS MEMBANTU KORBAN BANJIR JAKARTA



Ini Jawaban Nur Mahmudi Terkait Tuduhan Ahok Depok Penyebab Banjir Jakarta


MERDEKA.COM - Wakil Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama akrab disapa Ahok membuat penyataan pedas terkait banjir kerap melanda ibu kota. Dia menuding sebabnya adalah ketidakbecusan pemerintah daerah di wilayah penyangga, termasuk Depok, lantaran mengeluarkan izin bangunan di kawasan resapan air.

Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail membantah sangkaan itu. Dia mengatakan pihaknya telah menjalankan yang seharusnya untuk mengatur pola air terbuang melalui Kali Ciliwung.

Menurut dia, permukiman di sepanjang aliran sungai tidak melangkahi aturan. Dia menegaskan perumahan itu masih sesuai garis sepadan sungai. "Saya sering ingatkan evaluasi daerah kita masing masing sudah sesuai kah? Jika ada tumpahan Katulampa, ada tumpahan Depok, Jakarta sudah menyiapkan kanal berapa lebar? Seberapa dalam? Lewat mana?" katanya saat ditemui merdeka.com dua pekan lalu di Hotel Sofyan Betawi, Cikini, Jakarta Pusat. "Itu jadi salah satu kewajiban di daerah itu."

Berikut petikan wawancara Nur Mahmudi dengan Arbi Sumandoyo, Pramirvan Datu Aprillatu dan juru foto Muhammad Lutfhi Rahman.

Apakah Anda akan mengizinkan tanah di Depok buat dibeli Jokowi untuk mengantisipasi banjir di Jakarta?

Kembali lagi semuanya ada peraturan dan sesuai peruntukan. Saya tidak bisa mengandai-andai karena urusannya tidak ada.

Apakah Anda siap berkomunikasi dengan siapa saja?

Sangat siap, tapi jelasnya komunikasi antar wilayah tetap ada di Kementerian Pekerjaan Umum.

Apakah selama ini ada koordinasi antar pemerintah daerah soal penanganan banjir di Jakarta?

Ada. Contohnya begini, ada komunikasi penyebaran informasi tentang tingkatan air di sepanjang Sungai Ciliwung. Misalnya di Jembatan Pamus. Di situ ada pusat kontrol memberitahukan level air sedang mengalir di Sungai Ciliwung ke daerah hulu dan hilir.

Di hulu, Katulampa, akan memberitahukan tinggi air ke daerah Depok. Kemudian Depok memberitahukan ke Jakarta. Semuanya untuk berjaga-jaga.

Kerja sama hanya sebatas itu saja?

Maunya ingin apa? Kesepakatannya sudah diatur oleh Kementerian Pekerjaan Umum. Kita tidak boleh membangun dengan ketentuan garis sepadan sungai. Diluar itu semua, saya sering ingatkan evaluasi daerah kita masing masing sudah sesuai kah?

Jika ada tumpahan Katulampa, ada tumpahan Depok, Jakarta sudah menyiapkan kanal berapa lebar? Seberapa dalam? Lewat mana? Itu jadi salah satu kewajiban di daerah itu.

Sama dengan kami, dapat kiriman dari Bogor melewati setu kami. Jadi setu kami siap tidak, kalau setu jebol? Seperti kali di Pesanggrahan, kami membetulkan di enam titik. Jadi itu kepunyaan siapa? Dari Bogor ke Depok sampai ke Tangerang. Nah itu tugas kami, turut mengendalikan juga. Jadi kurang apa lagi. Kurang koordinasi apa lagi.

Jadi bisa dibilang Depok bukan penyebab banjir di Jakarta?

Tidak sama sekali. Jika Bogor hujan deras sampai ke Penjaringan terus siapa mau disalahkan. Toh hujan yang bikin juga bukan orang Bogor. Kita maunya sih Jakarta juga melakukan hal sama.

Yakinkan tebing di kanal-kanal itu tidak ada bangunan. Pastikan bangunan-bangunan di pinggir sungai tak melebihi garis sepadan sungai. Yakinkan sampah-sampah tidak dibuang di Sungai Ciliwung.

Jakarta yakinkan daerah-daerah resapan tidak dibuat bangunan. Depok sekarang sudah dijadikan daerah konservasi. Jadi ada beberapa wilayah memang sudah ditentukan tidak boleh dibuat bangunan.

Berapa persen lahan hijau sekarang ini masih tersedia?

Sekarang ini masih tersedia sekitar 40 persen.

*Sumber: Merdeka.com

Ketika ODOJ Dituduh Riya'


Oleh Farid Numan Hasan

Patut disyukuri, itu yang kami komentari dari fenomena ODOJ (One Day One Juz) ini. Perkembangannya begitu cepat bahkan sampai ke mancanegara hanya dalam hitungan beberapa bulan. ODOJ merupakan  program, lebih tepatnya metodologi, agar orang bisa dan terbiasa, mengkhatamkan Al Quran sebulan sekali. Dengan izin Allah Ta’ala, para odojers ini dipertemukan dalam tujuan yang sama ingin mengkhatamkan Al Quran secara konsisten. Mereka mendapatkan bi’ah (lingkungan) yang baik walau tidak saling jumpa, mereka bisa saling mengingatkan, nasihat, menjaga semangat, dan tidak ada kepentingan apa pun kecuali Al Quran. Banyak kisah-kisah inspiratif dari para odojers, mereka begitu menikmatinya.
  
Upaya mengkhatamkan Al Quran sebulan sekali, merupakan salah satu jenis usaha  menjalankan perintah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berikut ini:

اقْرَإِ القُرْآنَ فِي شَهْرٍ
  
Bacalah (khatamkanlah) Al Quran dalam satu bulan. (HR. Al Bukhari No. 5054, dari Abdullah bin Amr)
  
Maka, menjalankan sunah qauliyah dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini, di tengah manusia banyak yang melupakan Al Quran, lupa dengan sunah, dan lupa dengan agamanya secara umum,  merupakan usaha yang sangat luar biasa, dan tidak mudah. Ini mesti didukung dan dikuatkan, bukan justru dicemooh   dengan dasar asumsi semata, dengan menganggapnya riya, terpaksa, dan memberatkan. Kalau pun ada yang tergelincir dalam riya, atau dia terpaksa, maka hal tersebut kembali ke pribadinya masing-masing dan hubungannya dengan Allah Ta’ala. Ketergelinciran personal ini bukan hanya terjadi pada aktifitas membaca Al Quran, tetapi bisa terjadi pada haji, shalat, shaum, memberikan muhadharah, menulis, dan sebagainya. Semua ini bisa saja ada orang yang riya dan terpaksa. Tetapi bukan berarti semua amal ini menjadi jelek, dicemooh, dan dianulir, hanya karena ada person-person yang dijangkiti riya atau terpaksa.
  
Yang jelas, kami ingin mengapresiasi ODOJ ini dengan sebuah hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
         
“Barangsiapa dalam Islam membuat kebiasan baik, maka tercatat baginya pahala dan pahala orang yang mengikutinya setelahnya tanpa mengurangi pahaala mereka yang mengikutinya. Barangsiapa dalam Islam membuat kebiasaan buruk, maka tercatat baginya dosa dan dosa orang yang mengikutinya setelahnya, tanpa mengurangi dosa-dosa mereka.” (HR. Muslim, No. 1017, At tirmidzi No. 2675, An Nasa’i No. 2554, Ibnu Majah No. 203, Ahmad No. 19156)

Menampakkan Amal Shalih? Silahkan!
  
Amat disayangkan adanya seorang penulis yang begitu bersemangat mengkritik ODOJ dengan alasan “menampakkan amal.” Dengan mengutip hadits tentang tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan Allah Ta’ala, di antaranya seorang yang bersedekah dengan tangan kanan tetapi tangan kirinya tidak tahu. Maksudnya orang yang bersedekah sembunyi-sembunyi, yang dengannya lebih mudah untuk ikhlas.
  
Tidak hanya itu,  penulis tersebut juga memaparkan kebiasaan sebagian salaf yang lebih suka menyembunyikan amal shalih mereka, dan mereka malu jika menampakkan kepada orang lain. Ada ulama yang ketika membaca mushaf, langsung ditutupnya ketika ada orang yang melihatnya karena dia tidak mau orang tahu bahwa dia sedang membaca Al Quran, dan seterusnya. Padahal semua dalil yang dipaparkannya tak satu pun menunjukkan larangan menampakkan amal shalih,  melainkan menganjurkan pilihan yang lebih aman dan keutamaan menyembunyikan amal shalih.
  
Kita mengetahui bahwa dalam ODOJ, masing-masing anggota melaporkan hasil bacaannya kepada penanggung jawab bahwa dia sudah menyelesaikan bacaannya, atau dia sedang sakit, atau muslimah yang haid, yang dengan itu tidak bisa menyelesaikan, dan seterusnya.    Barangkali inilah yang menjadi sebab bahwa cara ODOJ ini seakan tidak syar’i, tidak sesuai sunnah.
  
Tidak ada dalilnya, baik Al Quran dan As Sunnah, menganggap menampakkan amal itu suatu yang buruk, tercela, dan terlarang,  justru kadang  menampakkan lebih baik dalam rangka menstimulus orang lain. Dengan itu dia bisa menjadi inisiator sunah hasanah yang diikuti banyak orang. Apalagi dalam keadaan terasingnya sebuah sunah di masyarakat, atau terasingnya kebiasaan baik, maka kembali menghidupkan dan mensyiarkannya secara terang-terangan adalah suatu yang mulia dan memliki keutamaan, sebab dia menghidupkan ajaran Islam yang tengah redup. Ada pun keadaan hati si pelakunya, apakah dia riya, ikhlas, sum’ah, de el el,  serahkan kepada Allah Ta’ala, dan seorang muslim hendaknya berbaik sangka kepada saudaranya, bukan justru melemahkan dengan menyebutnya sebagai amal yang sebaiknya disembunyikan!

Allah Ta’ala Memuji Amal yang terang-terangan dan tersembunyi
  
Kita akan dapatkan dalam pelita hidup setiap muslim, wahyu yang tidak ada keraguan di dalamnya, yang semua isinya adalah haq, yaitu Al Quran Al Karim, tentang anjuran beramal baik secara terang-terangan atau tersembunyi. Kedua cara ini memiliki ketumaan masing-masing. Tidaklah yang satu mendestruksi yang lain. Ini hanyalah masalah pilihan, yang keduanya sama-sama bagus.
  
Kami akan sampaikan beberapa ayat tentang pujian Allah Ta’ala dan perintahNya kepada manusia untuk berinfak secara tersembunyi atau terang-terangan.

Perhatikan ayat-ayat berikut ini:

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, Maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Al Baqarah 274)

Al Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullah menerangkan:

هذا مدح منه تعالى للمنفقين  في سبيله، وابتغاء مرضاته في جميع الأوقات من ليل أو نهار، والأحوال من سر وجهار، حتى إن النفقة على الأهل تدخل في ذلك أيضا

Ini adalah sanjungan dari Allah Ta’ala bagi para pelaku infak dijalanNya, dan orang yang mencari ridhaNya disemua waktu, baik malam dan siang, dan berbagai keadaan baik tersembunyi atau terang-terangan, sampai – sampai nafkah kepada keluarga juga termasuk dalam kategori ini. (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 1/707. Cet. 2. 1999M/1420H. Daruth Thayyibah.)
  
Ayat lainnya:

وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ

Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang Itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). (QS. Ar Ra’du: 22)

Ayat lainnya:

قُلْ لِعِبَادِيَ الَّذِينَ آمَنُوا يُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خِلَالٌ

Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada bari itu tidak ada jual beli dan persahabatan.” (QS. Ibrahim: 31)
   
Lihat ayat ini, Allah Ta’ala memerintahkan berinfak baik secara sembunyi atau terang-terangan,  Allah Ta’ala tidak memerintahkan yang sembunyi saja, tapi juga memerintahkan yang terang-terangan. Tidak mencelanya, justru memerintahkannya.
  
Al Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan:

وأمر تعالى بالإنفاق مما رزق في السر، أي: في الخفية، والعلانية وهي: الجهر، وليبادروا إلى ذلك لخلاص أنفسهم
  
Allah Ta’ala memerintahkan untuk berinfak secara as sir, yaitu tersembunyi, dan al ‘alaaniyah yaitu ditampakkan, dan hendaknya mereka bersegara melakukan itu untuk mensucikan diri mereka. (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 4/510. Cet. 2. 1999M/1420H. Daruth Thayyibah)
  
Terang-terangan atau tersembunyi, keduanya bisa dilakukan pada amal yang wajib atau sunah. Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di Rahimahullah:

سِرًّا وَعَلانِيَةً} وهذا يشمل النفقة الواجبة كالزكاة ونفقة من تجب عليه نفقته، والمستحبة كالصدقات ونحوها
  
(Tersembunyi dan terangan-terangan) hal ini mencakup infak yang wajib seperti zakat, dan nafkah kepada orang yang wajib baginya untuk dinafkahi, dan juga yang sunah seperti berbagai sedekah dan semisalnya. (Taisir Al Karim Ar Rahman fi Tafsir  Kalam Al Manan, Hal. 426. Cet. 1. 2000M/1420H. Muasasah Ar Risalah)
  
Maka, berinfak –atau amal shalih apa saja- yang dilakukan secara tersembunyi dan menampakkannya, telah dimuliakan, dipuji, dan dianjurkan oleh Allah Ta’ala. Janganlah hawa nafsu manusia justru menganggap tercela yang satu dibanding yang lainnya. Jika tersembunyi, maka itu mulia karena hati Anda lebih selamat dari ‘ujub, riya’, jika terkait sedekah maka orang yang menerima sedekah tidak merasa malu menerimanya. Jika terang-terangan, maka itu juga mulia, karena Anda bisa menjadi pionir kebaikan, menjadi contoh buat yang lain, sehingga selain Anda mendapatkan pahala sendiri, Anda juga mendapatkan pahala mereka lantaran mereka mengikuti kebaikan Anda.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun memuji orang yang menampakkan amalnya
  
Alangkah baiknya jika ini juga diketahui oleh penulis tersebut. Jangan hanya menampilkan satu gambaran tentang para ulama yang sembunyi-sembunyi membaca Al Quran, tapi lupa menampilkan yang lainnya. Para sahabat nabi pun menampakkan amalnya, dan nabi tidak mencelanya justru memujinya. Telah masyhur

Para salaf jika berkumpul, mereka memperdengarkan salah seorang mereka untuk membaca Al Quran. Mereka tidak mengatakan, “Pelan-pelan aja suaranya, banyak  orang nih, nanti kamu riya.” Ada pun para ODOJers, mereka membacanya masing-masing di rumah, tidak berjamaah, kadang dikantor, kadang di kendaraan, itu pun tanpa mengeraskan suara, sehingga tidak ada yang terganggu dengan suara mereka.
  
Imam An Nawawi Rahimahullah memaparkan:

اعلم أن جماعات من السلف كانوا يطلبون من أصحاب القراءة بالأصوات الحسنة أن يقرؤوا وهم يستمعون وهذا متفق على استحبابه وهو عادة الأخيار والمتعبدين وعباد الله الصالحين وهى سنة ثابتة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم
  
Ketahuilah, banyak perkumpulan para salaf dahulu mereka meminta orang yang ahli baca Al Quran untuk membaca dengan suara yang bagus, mereka membacanya dan yang lain mendengarkannya. Ini disepakati sebagai hal yang disukai, dan merupakan kebiasaan orang-orang pilihan dan ahli ibadah, hamba-hamba Allah yang shalih. Dan, itu merupakan sunah yang pasti dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam…. (lalu Imam An Nawawi menyebutkan kisah Abdullah bin Mas’ud yang membaca  Al Quran di hadapan nabi dan para sahabat lainnya, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dan Imam Muslim).  (At Tibyan fi Aadab Hamalatil Quran, Hal. 113)
  
Lihat ini, justru para salaf meminta untuk menampakkannya, mereka ingin menikmatinya. Begitu pula Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terhadap bacaannya Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu, padahal wahyu turun kepadanya sendiri, tapi beliau ingin mendengarkannya dari orang lain.
  
Lalu Imam An Nawawi melanjutkan:

أنه كان يقول لأبي موسى الأشعري ذكرنا ربنا فيقرأ عنده القرآن. والآثار في هذا كثيرة معروفة
  
Bahwa Nabi berkata kepada Abu Musa Al Asy’ari: “Ingatkanlah kami kepada Rabb kami.” Maka Abu Musa membacakan Al Quran dihadapannya. Dan, Atsar-atsar seperti ini banyak dan telah dikenal. (Ibid, Hal. 114)
  
Nah, tak satu pun ada peringatan sesama mereka saat mereka meminta sahabatnya membaca Al Quran, “hati-hati riya ya …”, atau “jangan tampakkan suaramu kepada kami ..”.

Melaporkan dan menceritakan amal shalih, adalah riya?
  
Dalam komunitas ODOJ, ada penanggungjawab yang menerima laporan harian anggotanya, sudah sampai mana bacaannya, apakah sudah selesai satu juz atau belum. Hal ini tidak mengapa, sebagaimana seorang guru yang menanyakan hasil kerjaan, tugas hapalan, siswanya dan si guru memberikan batas waktu. Ini adalah tuntutan profesionalitas dalam beramal. Ini pun dilakukan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya.
  
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bercerita tentang amal shalihnya:

وإني لأستغفر الله، في اليوم مائة مرة
  
Aku benar-benar beristighfar kepada Allah dalam sehari 100 kali. (HR. Muslim, 2702/41)
  
Riwayat lainnya:

يا أيها الناس توبوا إلى الله، فإني أتوب، في اليوم إليه مائة، مرة  
  
Wahai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah, sesungguhnya dalam sehari aku bertaubat kepadaNya seratus kali. (HR. Muslim, 2702/42)
  
Para sahabat pun juga. Perhatikan dialog berikut ini:

عن أبي هريرة، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «من أصبح منكم اليوم صائما؟» قال أبو بكر رضي الله عنه: أنا، قال: «فمن تبع منكم اليوم جنازة؟» قال أبو بكر رضي الله عنه: أنا، قال: «فمن أطعم منكم اليوم مسكينا؟» قال أبو بكر رضي الله عنه: أنا، قال: «فمن عاد منكم اليوم مريضا؟» قال أبو بكر رضي الله عنه: أنا، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «ما اجتمعن في امرئ، إلا دخل الجنة»

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Siapakah diantara kalian yang hari ini berpuasa?” Abu Bakar menjawab: “Saya wahai Rasulullah.” Rasulullah bertanya lagi: “Siapakah diantara kalian yang hari ini mengantar janazah?” Abu Bakar menjawab: “Saya wahai Rasulullah.” Rasulullah bertanya lagi: “Siapakah diantara kalian yang hari ini memberi makan orang miskin?” Abu Bakar menjawab: “Saya wahai Rasulullah.” Rasulullah bertanya lagi: “Siapakah diantara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?” Abu Bakar menjawab: “Saya wahai Rasulullah.” Rasulullah bersabda : “Tidaklah semua amal di atas terkumpul dalam diri seseorang melainkan ia akan masuk surga.” (HR. Muslim 1028)
  
Inilah Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu ‘Anhu, dia tidak perlu malu untuk melaporkan apa yang sudah dia lakukan hari itu. Maka, tidak masalah seseorang menceritakan amalnya, yang  penting  tidak bermaksud memamerkannya, dan membanggakannya, tetapi agar orang lain mendapatkan ‘ibrah darinya. Pendengar pun tidak dibebani untuk membedah hati orang yang melaporkannya. Itu tidak perlu, tidak penting, dan tidak masyru’. Justru, yang masyru’ adalah kita mesti husnuzhzhan kepadanya.
  
Para ulama mengatakan:

إحسان الظن بالله عز وجل وبالمسلمين واجب
  
Berprasangka yang baik kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan kaum muslimin adalah wajib. (Imam Badruddin Al ‘Aini, ‘Umdatul Qari, 29/325)
  
Kisah lainnya:

 عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: أَرْسَلَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُنْطَلِقٌ إِلَى بَنِي الْمُصْطَلِقِ، فَأَتَيْتُهُ وَهُوَ يُصَلِّي عَلَى بَعِيرِهِ ، فَكَلَّمْتُهُ، فَقَالَ بِيَدِهِ هَكَذَا، ثُمَّ كَلَّمْتُهُ، فَقَالَ بِيَدِهِ هَكَذَا، وَأَنَا أَسْمَعُهُ يَقْرَأُ، وَيُومِئُ بِرَأْسِهِ، فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ: " مَا فَعَلْتَ فِي الَّذِي أَرْسَلْتُكَ، فَإِنَّهُ لَمْ يَمْنَعْنِي إِلَّا أَنِّي كُنْتُ أُصَلِّي

Dari Jabir bin Abdullah katanya: “Saya diperintahkan nabi untuk datang, saat itu beliau hendak pergi ke Bani Musthaliq. Ketika saya datang beliau sedang shalat di atas kendaraannya. Saya pun berbicara kepadanya dan beliau memberi isyarat dengan tangannya seperti ini. Saya berbicara lagi dan beliau memberi isyarat dengan tangannya, sedangkan bacaan shalat beliau terdengar oleh saya sambil beliau menganggukkan kepala. Setelah beliau selesai shalat beliau bertanya: “Bagaimana tugasmu yang padanya kamu saya utus? Sebenarnya tak ada halangan bagi saya membalas ucapanmu itu, hanya saja saya sedang shalat.” (HR. Muslim No. 540, Ahmad No. 14345, Abu Daud No. 926, Abu ‘Awanah, 2/140, Ibnu Khuzaimah No. 889, Ibnu Hibban No. 2518, 2519)
  
Dalam kisah ini, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meminta laporan kerja dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhu tanpa harus khawatir riya-nya Jabir jika dia melaporkannya.
  
Banyak sekali kitab yang menceritakan para ulama yang  berkisah tentang ibadahnya, shaumnya, shalatnya, jihadnya, bahkan mimpinya. Tentu kita berbaik sangka, jangan menuduh mereka telah riya dalam penceritaannya.

Menggembos amal shalih dengan menuduh riya adalah Akhlak Kaum Munafiq
  
Inilah yang terjadi, gara-gara seseorang menuduh saudaranya riya, atau menakut-nakuti dari menampakkan amal shalih, akhirnya perlahan-lahan ada yang membatalkan amal shalihnya karena takut disebut riya, takut tidak ikhlas.
  
Inilah yang dilakukan orang munafiq pada zaman nabi, mereka menuduh para sahabat riya, padahal mereka (kaum munafiq) sendiri yang riya.
  
Dari Abu Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu, dia bercerita:

“Sesudah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam memerintahkan kami untuk bersedekah, maka Abu Uqail bersedekah dengan satu sha’, dan datang seseorang dengan membawa lebih banyak dari itu, lalu orang-orang munafik berkata:

“Allah ‘Azza wa Jalla tidak membutuhkan sedekah orang ini, orang ini tidak melakukannya kecuali dengan riya. Lalu turunlah ayat:

  الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ

“Orang-orang munafik itu yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekadar kesanggupannya.” (QS. At Taubah : 79). (HR. Al Bukhari No. 4668)

Justru Allah Ta’ala menceritakan bahwa kaum munafikinlah yang riya.

Perhatikan ayat ini:

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (5) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ (6)

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya. (QS. Al Ma’un: 4-6)

Imam Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa ayat ini menceritakan tentang sifat-sifat orang munafiq; lalai dari shalatnya, sekali pun shalat dia riya.  Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam  mengulang sampai tiga kali ucapan: tilka shalatul munaafiq (itulah shalatnya kaum munafik). Sebagaimana disebutkan dalam Shahihain. (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 8/493)

Maka ... wahai Saudaraku ...

Janganlah kamu melemahkan dan menggembosi amal saudaramu ..., biarkanlah mereka beramal, membaca Al Quran satu juz sehari sesuai target dan program mereka. Karena Nabi kita tidak pernah memerintah kita membedah hati manusia, serahkanlah hati manusia kepada Allah Ta’ala.
  
Adakah kamu ketahui bahwa saudara-saudaramu itu menuntaskan satu juz Al Quran sehari untuk pujian manusia? Mencari popularitas dan kedudukan?
  
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berkata kepada Khalid bin Walid Radhiallahu ‘Anhu:

إِنِّي لَمْ أُومَرْ أَنْ أَنْقُبَ عَنْ قُلُوبِ النَّاسِ وَلاَ أَشُقَّ بُطُونَهُمْ
  
Aku tidak diperintah menyelidiki hati manusia dan tidak pula membedah perut mereka. (HR. Al Bukhari No. 4351, Muslim, 1064/144)
  
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga pernah berkata kepada Usamah bin Zaid Radhiallahu ‘Anhu:

أفلا شققت عن قلبه حتى تعلم أقالها أم لا؟
  
“Apakah engkau sudah membedah dadanya sehingga engkau tahu apakah hatinya berucap demikian atau tidak?” (HR. Muslim, 96/158)
  
Sederhananya, jangan mudah menyalah-nyalahkan amal shalih saudaramu, yang bisa jadi amal shalih tersebut belum tentu kamu bisa lakukan.
  
Karena Allah Ta’ala berfirman:

مَا عَلَى الْمُحْسِنِينَ مِن سَبِيلٍ

Tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. (QS. At Tawbah: 91)

Wahai Saudaraku ……… Arahkan pena-mu ke pelaku maksiat yang terang-terangan, bukan kepada saudaramu yang sedang berlomba amal shalih secara terang-terangan.
  
Alangkah baiknya, penamu itu kamu arahkan untuk mereka yang terang-terangan  beramal buruk, menyimpang, dan maksiat lainnya. Itu semua ada dihadapanmu. Kenapa begitu gagah dihadapan para pelaku kebaikan, tapi layu dihadapan para pelaku kemaksiatan? Allahul Musta’an!

Untuk Para ODOJers ……….
  
Alangkah indahnya nasihat Al Imam Fudhail bin ‘Iyadh Rahimahullah:

“Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya` sedangkan beramal karena manusia adalah kesyirikan, adapun yang namanya ikhlash adalah ketika Allah menyelamatkanmu dari keduanya.” (Ucapan ini tersebar dalam banyak kitab, seperti Minhajul Qashidin-nya Imam Ibnu Qudamah, Tazkiyatun Nufuus-nya Imam Ibnu Rajab, dll)

Janganlah kalian batalkan amal shalih itu karena komentar miring manusia, dan jangan pula kalian lakukan  karena mengharapkan ridha manusia, tetaplah beramal, dan  jangan pernah pikirkan semua komentar yang membuat hati kalian guncang. Urusan kalian adalah kepada Allah Ta’ala bukan dengan mereka. Sibukkanlah hati kalian denganNya, biarlah mereka sibuk  menyelediki  hati kalian, sehingga mereka lupa dengan hatinya sendiri. Sebab di akhirat nanti kullu nafsimbima kasabat rahiinah (setiap jiwa bertanggung jawab atas perbuatannya masing-masing).  Memintalah kepada Allah Ta’ala agar tetap dijaga dan selamatkan dari riya dan kesyirikan dalam beramal.
  
Wallahu A’lam Walillahil ‘Izzah walir Rasulih wal Mu’minin


*http://www.ustadzfarid.com/2014/01/ketika-odoj-one-day-one-juz-dikritik.html

Kisah Cinta 30 Tahun Ustadz Luthfi Dari Balik Jeruji

15.1.14

Keluarga Ustadz Luthfi

(True Story)

Pagi ini (11/1), telpon saya berdering.. Dari kejauhan, Pak Azhar menyapa "Assalaimualaikum.. Bagaimana kabarnya akhi? Sekarang dimana? Hari ini sibuk ndak?" Ujarnya bertubi-tubi.

"Walaikumussalam.. Alhamdulillah baik pak. Baru balik dari medan tadi malam. Insya Allah hari ini agenda seperti biasa, ada yg bisa disupport?" timpal saya.

"Begini akhi.. Ana dihubungi pengacara ust.Lutfi. Melalui pengacaranya, beliau minta tolong agar ana menghubungi ikhwah di Jakarta untuk bisa menyiapkan dan mengantarkan hadiah/kado ulang tahun pernikahannya yg ke-30 tahun dengan Astika. Tepat  11 Januari 1984 adalah hari pernikahannya. Antum bisa bantu tidak?"

Deg.. Subhanallah.. Keterbatasan beliau yang masih di penjara, masalah hukum yang dihadapinya dan adanya dua istri lainnya, tidak melupakan kenangan indah dan hari bersejarah dalam hidupnya dengan istri pertama. Gumam saya dalam hati.

"Insya Allah bisa ustadz, saya harus siapkan apa?" Jawab saya selepas lamunan.

"Menurut antum apa ya enaknya? Mungkin jilbab atau yang lain. Nanti uangnya ana ganti." Kata pak azhar.

"Bagaimana kalau kue tart juga ustadz? Nanti sisanya ana cari lagi" saya menimpali.

"Jadi gini, ini untuk menghibur ummi hudzaifah, jadi banyak kado tidak apa-apa. Nanti ustadz ada kado, ana ada dan antum juga ada. Biar ana yg bayar semua." Lanjut pak azhar.

"Oke siap. Minimal sekarang kue tart dan jilbab dulu ya. Nanti sisanya saya cari di mall." Jawab saya dan mengakhiri percakapan.

Beberapa waktu berselang, telpon saya berdering lagi. "Oya akhi, ustadz imam juga nitip kado ya.. Jadi nanti ada 4 kado termasuk dari ustadz" sambung pak azhar. Saya tahu ini pasti "kerjaan" pak azhar untuk mengajak ustadz imam juga, niatnya tentu agar hadiah lebih banyak sehingga lebih menghibur . "Oke, insya allah". Jawab saya.

Kue tart sudah tersedia, jilbab gak ada yg bagus dan saya sudah meluncur ke arah jakarta. Di jalan dan di mall saya kordinasi dengan pak azhar untuk pilihan kadonya. Akhirnya sudah siap kue tart besar, tas wanita dan 2 buah buku tentang rasul dan sahabat. "Jangan lupa dibungkus yang bagus ya" pak azhar mengingatkan. "Siap!" jawab saya singkat.

Setelah mencari alamatnya, akhirnya sampai juga saya di rumah yang di tempati Bu Astika atau ummi Hudzaifah. Namun sayang sekali beliau sedang tidak ditempat sehingga saya serahkan amanah itu kepada petugas yang sedang berjaga di rumah beliau.

Dalam perjalanan pulang, saya sedikit merenung..

Yaa Rabb.. hari ini saya belajar dua hal penting yang tersirat dari kejadian ini..

Subhanallah.. Maha Suci Allah.. Kokoh sekali ikatan pernikahan itu.. Meskipun beliau sedang berada di balik jeruji penjara, tidak punya apa-apa dan banyak keterbatasan, tapi cinta dan rindunya terus mengalir untuk istrinya. Hasratnya untuk memperingati moment bersejarah dalam hidupnya tidak pernah menemui jalan buntu. KPK boleh memenjarakan dirinya tapi tidak dengan Cintanya..

Yang kedua, sungguh kuat ikatan ukhuwah kedua manusia ini. Allah, islam dan jamaah telah mempersaudarakan keduanya. Pak Azhar tidak berpaling sedikitpun dengan ujian yang dihadapi oleh ustadz lutfi, apapun kondisinya sekarang. Rasa cintanya sebagai saudara tidak berkurrang, bahkan justru semakin dekat dibandingkan dengan saat beliau menjadi presiden PKS.

Saya bisa merasakan ikatan dan hubungan itu sangat dekat bahkan tidak berjarak. Teringat persaudaraan sahabat muhajirin dan ansor ribuan tahun yang lalu. Seandainya semua orang dipersaudarakan seperti itu, tentu bumi ini akan semakin indah dan bermakna.

Terima Kasih Ustadz Lutfi..
Terima Kasih Pak Azhar..

Telah mengajarkan saya cinta..

Wassalam,


*by David Makmuryanto
([email protected])

PKS Bersama Anline Lakukan Layanan Kesehatan Gratis

13.1.14


Balikpapan - Sore minggu (12/1/14), DPD PKS Balikpapan  bekerjasama dengan Anline menyelenggarakan acara pelayanan kesehatan berupa cek kerapuhan tulang dan pemeriksaan kesehatan Lapangan Merdeka.

“Jenis layanan kesehatan yang kami berikan untuk warga diantaranya konsultasi kesehatan gratis, tensi darah, cek gula darah, dan asam urat,” ujar Nina Maulinawati, Ketua Bidang Layanan Sosial dan Kesehatan DPD PKS Balikpapan.

Ia memaparkan bahwa acara pelayanan kesehatan ini adalah acara yang rutin dilakukan, hanya tempatnya yang berbeda-beda. Penyelenggaraan kali ini adalah yang keenam selama periode kepengurusan yang baru. Rata-rata kunjungan pasien 100-200 orang tiap acara. “Kita usahakan agar semua  Warga balikpapan ini mendapatkan kesempatan yang sama,“ ujar ibu yang merupakan caleg propinsi kaltim nomor urut 7 ini.

Pelayanan kesehatan bagi warga ini mendapat perhatian dan apresiasi dari masyarakat setempat. Antusiasme masyarakat terlihat dengan semakin ramainyapengunjung yang datang ke acara pelayananan kesehatan tersebut. Ada yang sekedar ingin konsultasi kesehatan dengan tenaga kesehatan yang ada atau ingin memeriksakan kesehatannya.

Selanjutnya beliau menjelaskan  bahwa tujuan PKS berdakwah bukanlah untuk kepentingan jangka pendek semata. Bukan hanya untuk PEMILU 2014.  Tetapi dakwah yang kader PKS lakukan adalah untuk jangka yang sangat panjang. “Karena tujuan PKS dibentuk bukan sekedar mengejar kekuasaan, tetapi terciptanya masyarakat yang bertakwa, bahagia, sejahtera, dan diberkahi oleh Allah SWT,” tandasnya. Jika saat ini PKS sedang disorot karena kasus hukum, tambahnya, hal itu tidak menurunkan semangat kader PKS di level mana pun untuk beramal sholeh dan menebar kebaikan di tengah masyarakat.

Hadir pada acara tersebut perusahaan terkemuka Anline yang dikesempatan yang sama membuka stand pengecekan tulang dan pembagian susu gratis. Kerja sama dengan instansi seperti Anline merupakan cara terbaik untuk memberi manfaat dan membangun kerja sama kedepan.

"Kami sangat berterima kasih kepada pihak PKS, karena telah mengijinkan kami untuk membuka stand di layanan kesehatan di sini. Kami berharap bisa terus menjalin kerja sama di setiap event layanan kesehatan nanti", ujar salah seorang staf kesehatan Anline. (SF)

>> PILKADA UPDATE

>> TAUJIH

Alam Islami

 
 photo pksno3_zps07baf103.gif
© Copyright pks-kudus 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.