pkskudus.org - PKS menunggu surat 'cerai' dari Presiden SBY. Menteri Sosial Salim Segaf Aljufri menghormati apapun keputusan Presiden SBY. Dia siap menjalani kehidupan normal jika dicopot oleh SBY.
"Itu kan suatu keputusan Bapak Presiden, kita siap. Ya memang sebelumnya (saya) bukan menteri kan, kalau nanti sudah jalan kan sistemnya kan udah jalan, jadi tidak masalah. Jadi apapun keputusan, apapun yang sudah jalan, akan running aja," kata Salim kepada wartawan di Istana Negara, Jakarta, Kamis (20/6/2013).
Namun sejauh ini Salim masih optimis PKS akan bertahan di koalisi. Dia masih menyimpan harapan SBY hanya memberi sanksi tegas tanpa mengeluarkan PKS dari koalisi.
Berikut wawancara lengkap wartawan detikcom dengan Salim Segaf Aljufri, menteri sekaligus politikus senior PKS:
PKS keluar dari koalisi tinggal menunggu waktu?
Kalau informasi itu saya tidak pernah dengar, semua kembali pada presiden, memang waktu meeting PKS beda pendapat. Jadi memang ini semua kembali pada presiden.
Apakah PKS memahami melanggar code of conduct? Mengapa masih bertahan?
Itu kembali ke presiden, dan saat-saat ini lagi program BLSM. Kalau dibilang nyaman ya pasti juga ada. Tapi tetap kita akan all out.
Bagaimana posisi Bapak di kabinet setelah PKS terang-terangan menolak pengesahan APBN-P 2013 di rapat paripurna DPR?
Kita biasa, menteri-menteri, kabinet, koalisi, semua itu berjalan bagus. Saya juga nggak ada masalah. Yang masalah kan Setgab, kita saling melengkapi saja. Contoh, kita nanti ke Makassar, Bali, semuanya harus turun untuk sosialisasi (pengurangan subsidi BBM-red) di TV, di daerah dan jelas ini semua ada pilihan yang jelas-jelas pro rakyat ya. Kami melihat demikian.
Benarkah Pak Salim mendapat pesan khusus dari utusan Istana bahwa PKS dikeluarkan dari koalisi?
Tidak ada, berita itu nggak bener, nggak bener itu. Kalau dari berkomunikasi jalan, kalau bahasa semacam itu tidak ada.
Pak Sudi saja mengakui bertemu dengan Bapak, membahas apa ya?
Kalau saya (bertemu) dengan Pak Sudi benar. Kalau Pak Sudi kan Seteg, menteri-menteri siapapun dipanggil. Kalau Pak Sudi kan Mensesneg ya, menteri A,B,C,D ketemu ngobrol ya biasa.
Membahas keinginan SBY mengeluarkan PKS?
Oh, enggak bener.
Surat dari Presiden SBY apa sudah sampai? Surat yang katanya melengkapi pesan utusan presiden tersebut?
Jadi bahasanya surat itu tidak mesti dikeluarkan, surat juga bisa teguran keras. Belum, belum ada.
Sebagai menteri PKS, apakah Pak Salim terdorong untuk mundur karena PKS telah melanggar code of conduct?
Menteri-menteri hak prerogatif Bapak Presiden, jadi kepada beliau dan beliaulah yang akan menentukan sikap. Saya pikir yang paling bagus begitu. Kalau saya, kembalikan pada presiden, beliaulah yang punya pilihan terbaik.
Apa benar sudah mengerucut PKS siap keluar dari koalisi?
Ah ini info dari siapa sudah mengerucut. Kadang-kadang hangat terus dingin lagi, hehehe
Apakah Bapak akan menerima tawaran PD pindah partai demi posisi menteri?
Sekarang dalam era demokrasi semua orang menawarkan kan bisa aja. Saya pikir saya tetap aja di kabinet, kalau itu kan nggak mesti pindah-pindah partai, saya pikir dalam semua punya etika tersendiri.
Apakah Bapak siap dicopot dari posisi Mensos, apalagi Kemensos penting untuk sosialisasi kenaikan harga BBM dan pembagian BLSM?
Itu kan keputusan Bapak Presiden, kita siap. Ya memang (saya) sebelumnya bukan menteri kan, kalau nanti sudah jalan kan sistemnya kan udah jalan, jadi tidak maslaah. Jadi apapun keputusan, apapun yang sudah jalan, akan running aja.
Thursday, June 27, 2013
MENsos Salim Segaf dalam wawancarnya
27.6.13
Thursday, June 27, 2013
Membaca dan memperhatikan berita-berita di media belakangan ini luar biasa bisingnya. Apalagi apabila menyangkut PKS. Sebagai orang yang sering berinterksi dengan para kader PKS, saya sungguh prihatin dengan kondisi PKS saat ini.
Terkadang, saya bertanya dalam diri, salah apa PKS dan kader-kadernya? Sebagai orang luar dan tidak berkepentingan dengan PKS sehingga orang-orang begitu bersemangat ‘membantai’ habis-habisan. Saya teramat heran dengan beberapa pihak yang begitu bernafsu ingin menghabisi riwayat PKS. Padahal saya menyaksikan sendiri amal kegiatan yang dilakukan oleh para kader PKS dari mulai tingkat DPD, DPC dan Ranting bahkan tingkat RT/RW.
Kebetulan saya tinggal di Cikarang. Saya sering melihat sendiri kegiatan-kegiatan kader-kader PKS yang begitu ikhlas disela-sela waktu setelah pulang kerja dan hari libur.
Pembagian sembako, pengobatan gratis, pengecekan tensi darah, membantu korban banjir, penyuluhan ibu-ibu PKK, pengajian rutin dan masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan hampir tiap pekan/bulan, padahal PEMILU masih cukup jauh pelaksanaannya. Partai lain mana aksi-aksinya untuk masyarakat?
Saat ini PKS ‘dihajar’ oleh beberapa pihak yang seolah kompakan. Pertama, oleh partai pemerintah, mereka begitu ngotot untuk mendepak PKS dari setgab. Kedua KPK, KPK begitu bersemangat ‘melucuti’ PKS. Padahal sebagaimana dibicarakan banyak pihak, KPK begitu loyo menyelesaikan skandal mega korupsi di negeri ini. Ketiga Media. Media begitu seragam untuk secara bersama-sama menyerang PKS dari berbagai sudut. Bahkan media tidak segan untuk ‘memelintir’ berita dari berbagai narasumber termasuk dari pengurus PKS sendiri.
Dari ketiga pihak tersebut, kalau kita analisa maka akan mengerucut pada satu pihak, yaitu pihak yang merasa dirugikan dengan adanya PKS, silakan pembaca meneban sendiri.
Kembali saya bertanya pada diri sendiri. Apakah hati nurani kita sudah hilang dari sanubari sehingga kita dengan mudahnya memperdaya pihak lain. Kata Rasulullah SAW, “istaqfi qolbak”, memintalah fatwa dari hati mu.
Hati kita adalah satu-satunya pihak yang seharusnya menjadi rujukan terakhir manakala otak kita sudah tidak bisa dijadikan rujukan atas berbagai tindakan kita. Otak kita memang mudah silau oleh ‘upah’ yang ditawarkan oleh pihak lain, apalagi upah tersebut berilai ratus juta, m-m-an dan mungkin jabatan menggiurkan.
What's Wrong whit PKS???
Membaca dan memperhatikan berita-berita di media belakangan ini luar biasa bisingnya. Apalagi apabila menyangkut PKS. Sebagai orang yang sering berinterksi dengan para kader PKS, saya sungguh prihatin dengan kondisi PKS saat ini.
Terkadang, saya bertanya dalam diri, salah apa PKS dan kader-kadernya? Sebagai orang luar dan tidak berkepentingan dengan PKS sehingga orang-orang begitu bersemangat ‘membantai’ habis-habisan. Saya teramat heran dengan beberapa pihak yang begitu bernafsu ingin menghabisi riwayat PKS. Padahal saya menyaksikan sendiri amal kegiatan yang dilakukan oleh para kader PKS dari mulai tingkat DPD, DPC dan Ranting bahkan tingkat RT/RW.
Kebetulan saya tinggal di Cikarang. Saya sering melihat sendiri kegiatan-kegiatan kader-kader PKS yang begitu ikhlas disela-sela waktu setelah pulang kerja dan hari libur.
Pembagian sembako, pengobatan gratis, pengecekan tensi darah, membantu korban banjir, penyuluhan ibu-ibu PKK, pengajian rutin dan masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan hampir tiap pekan/bulan, padahal PEMILU masih cukup jauh pelaksanaannya. Partai lain mana aksi-aksinya untuk masyarakat?
Saat ini PKS ‘dihajar’ oleh beberapa pihak yang seolah kompakan. Pertama, oleh partai pemerintah, mereka begitu ngotot untuk mendepak PKS dari setgab. Kedua KPK, KPK begitu bersemangat ‘melucuti’ PKS. Padahal sebagaimana dibicarakan banyak pihak, KPK begitu loyo menyelesaikan skandal mega korupsi di negeri ini. Ketiga Media. Media begitu seragam untuk secara bersama-sama menyerang PKS dari berbagai sudut. Bahkan media tidak segan untuk ‘memelintir’ berita dari berbagai narasumber termasuk dari pengurus PKS sendiri.
Dari ketiga pihak tersebut, kalau kita analisa maka akan mengerucut pada satu pihak, yaitu pihak yang merasa dirugikan dengan adanya PKS, silakan pembaca meneban sendiri.
Kembali saya bertanya pada diri sendiri. Apakah hati nurani kita sudah hilang dari sanubari sehingga kita dengan mudahnya memperdaya pihak lain. Kata Rasulullah SAW, “istaqfi qolbak”, memintalah fatwa dari hati mu.
Hati kita adalah satu-satunya pihak yang seharusnya menjadi rujukan terakhir manakala otak kita sudah tidak bisa dijadikan rujukan atas berbagai tindakan kita. Otak kita memang mudah silau oleh ‘upah’ yang ditawarkan oleh pihak lain, apalagi upah tersebut berilai ratus juta, m-m-an dan mungkin jabatan menggiurkan.
Thursday, June 27, 2013
Emosi soal Rp 2 T PKS, Fahri Hamzah ingin tampar Yudi Setiawan
Wasekjen PKS Fahri Hamzah tak kuasa menahan emosinya mendengar surat dakwaan Luthfi Hasan Ishaaq yang menyatakan PKS menargetkan Rp 2 triliun untuk pemenangan Pemilu 2014 yang diperoleh dari tiga kementerian yang dipimpin oleh kader PKS.
Fahri bahkan menyebut, Direktur PT Cipta Inti Parmindo Yudi Setiawan adalah sampah yang tidak layak dimasukkan ke dalam surat dakwaan kasus korupsi kuota impor daging sapi.
Fahri bahkan menyebut, Direktur PT Cipta Inti Parmindo Yudi Setiawan adalah sampah yang tidak layak dimasukkan ke dalam surat dakwaan kasus korupsi kuota impor daging sapi.
Begitu berangnya kepada Yudi sampai-sampai Fahri menantang agar dipertemukan dengan tersangka kasus pembobolan Bank BJB itu.
“Panggil Yudi biar saya gampar mukanya. Saya bikin partai setengah mati tiba-tiba ada orang enggak jelas begini,” kata Fahri dengan penuh emosi di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (26/6).
Fahri merasa heran dengan surat dakwaan jaksa penuntut umum (JPU) dari KPK dalam persidangan Luthfi beberapa waktu lalu. Dia menuding KPK memiliki niat tertentu dalam kasus itu.
“Kenapa ada orang kayak gitu Anda masukin surat dakwaan. Siapa Yudi Setiawan itu? Niatnya apa itu KPK masukan?” imbuhnya.
Tidak hanya itu, anggota Komisi III DPR ini menyebut Yudi tidak berguna dan tidak ada kaitannya sama sekali dalam kasus Luthfi.
“Pengadilan itu suci, anda masukan sampah ke dalam dakwaan, masukan sampah kaya gitu, kan kacau kaya gitu,” tandasnya.
Wednesday, June 26, 2013
Kalau Gue Bela PKS, Masalah Buat Lo?
26.6.13
Gonjang ganjing tentang pks di kompasiana membuat saya tersenyum. Terkadang keberpihakan itu perlu agar kita tahu mengapa kita harus membela yang benar dan bukan membela yang bayar. Tapi saya agak kaget ketika banyak akun yang kurang saya kenal tiba-tiba menyerang pendapat saya dengan gagahnya. Seolah-oleh merekalah penguasa negeri ini dan tak suka bila ada org yang membela pks. Kalau sudah begitu saya cuma bisa bilang, “kalau gue bela pks, masalah buat lo?”
Bagi saya, pks ini partai yang bisa menjadi harapan. Walaupun sampai saat ini saya tidak pernah mencoblos pks dalam pemilu ataupun pilkada. Saya melihat pks perlu dibela melalui tulisan. Sebab informasi yang benar tentang pks seringkali tidak ditulis oleh media arus utama.
Contohnya ketika kunjungan anis mata presiden pks ke pesantren di jawa timur. Berita yang tertulis jauh benar dengan informasi sebenarnya. Selidik punya selidik, ternyata berita atau foto yang diambil wartawan adalah cuma demo anak kecil yg diperintahkan oleh gurunya yg ingin mencalonkan diri menjadi calon anggota dpr. Saya tersenyum ketika ada seorang kompasianer yang menuliskannya secara detail. Semoga anda sudah membacanya.
Membela pks bukan berarti saya lantas memilih pks dalam pemilu nanti. Belum tentu. Sebab saya sudah memiliki pilihan tersendiri. Saya cuma ingin memberi contoh, walaupun kita berbeda tapi kita harus membela mereka yang mendapatkan perlakuan yang kurang berimbang dari media mainstrem. Internet adalah jalur yang saya pilih dan sangat murah. Kader pks bisa memanfaatkannya untuk menyebarkan informasi yang benar.
Jadi bila ada yang tak suka dengan tulisan saya tentang pks, bagi saya mah ini biasa. Namanya juga manusia. Belum tentu yang mengkritik itu lebih baik daripada yang dikritik. Kita lihat saja kinerjanya di dunia nyata. Kalau dia cuma bisa berkoar doang di dunia maya dan tak jelas apa yang dilakukannya untuk banyak orang, itu artinya dia baru berjuang untuk dirinya sendiri. Sedangkan kita diajarkan untuk bermanfaat buat orang banyak apapun profesi kita.
Sebagai guru saya sangat sedih bila ada orang cerdas, tapi sayang bila mereka tak mengggunakan kecerdasannya untuk membela yang benar. Komentar negatif ttg kita terkadang menjadi obat mujarab agar kita selangkah lebih maju. Selamat berjuang wahai kader pks, kami semua mendoakan perjuangan kalian. Bacalah basmallah, dan yakinlah Allah meridhoi perjuangan yang suci ini.
Salam blogger persahabatan
Omjay
http://wijayalabs.com /// http://politik.kompasiana.com/2013/06/09/kalau-gue-bela-pks-masalah-buat-lo-567172.html
Omjay
http://wijayalabs.com /// http://politik.kompasiana.com/2013/06/09/kalau-gue-bela-pks-masalah-buat-lo-567172.html
Tuesday, June 25, 2013
( ELR )
http://www.youtube.com/watch?feature=player_detailpage&v=hSArp_xrxEQ
25.6.13
Video Apresiasi Kerja Keras, Kerja Cerdas untuk Menteri Pertanian
Semarang, PKS Jateng Online- Semakin maju zaman, semakin maju pula teknologi yang dapat digunakan untuk menampung mengaspirasi yang tidak tersalurkan. Media-media yang biasa digunakan adalah www.youtube.com sebuah situs web berbagi video. Sehingga aspirasi ini bisa mengispirasi banyak orang. Seperti video yang dapat dilihat dibawah ini, video sederhana menceritakan tentang kepala Negara di Negara fiktif yang sedang kesulitan dalam krisis pengan dinegaranya. Sehingga menunjuk seseorang untuk menjadi menteri pertanian. Karena kinerja yang baik yaitu kerja keras, kerja cerdas sehingga dapat meningkatkan produksi pangan, dan menteri ini mendapatkan penghargaan dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO). Ini satu diantara banyak video yang cerdas dalam mengapresiasi tugas pemerintah dalam mengelola Negara.
( ELR )
http://www.youtube.com/watch?feature=player_detailpage&v=hSArp_xrxEQ
Monday, June 24, 2013
Sssst..! Inilah Rahasia Kebugaran Anis Matta
24.6.13
pkskudus.org - Jakarta - Stamina politisi bisa disebut di atas rata-rata orang kebanyakan. Aktivitas yang padat membutuhkan energi yang tidak sedikit. Begitu pula yang dialami Presiden PKS Anis Matta. Apa resep stamina Anis Matta?
Sejak ditunjuk sebagai Presiden PKS, Anis Matta langsung tancap gas. Ia habiskan waktunya bertemu kader-kader PKS di seluruh Indonesia. Ia mengaku sejak awal Februari hingga Juni ini sedikitnya 3/4 wilayah Indonesia telah ia kunjungi. "Yang belum itu di antaranya Papua. Insya Allah bulan puasa nanti," ujar Anis ditemui di Jakarta, belum lama ini.
Ditanya soal aktivitas yang padat bagaimana ia menjaga stamina dan kesehatannya, Anis menyebutkan dirinya selalu minum air putih sepanjang hari. "Minimal saya minum air putih tiga liter," sebut Anis.
Tidak hanya minum air putih, Anis juga secara rutin berolahraga untuk menjaga staminanya. Ia menyebut olahraga seperti gym, futsal, jogging dan renang menjadi pilihan olahraganya. "Dan tentunya saya mengkontrol makanan," tambah bekas Wakil Ketua DPR RI ini.
Yang tak kalah penting resep menjaga kesehatannya, Anis menegaskan dirinya selalu gembira sepanjang hari. Alumnus LIPIA Jakarta ini mengatakan kegembiraan hati bisa diikhtiarkan dengan menjalani segala sesuatu dengan ikhlas. "Kalau niatnya mengejar karir, akan bermasalah," seloroh Anis.
Untuk menjaga kegembiraan hati, Anis melanjutkan dirinya belakanagn tak lagi menonton televisi, membuka internet dan membaca koran. Namun buru-buru Anis menyebutkan bukan berarti dirinya tidak mengikuti perkembangan informasi. "Teman-teman selalu kasih up date isu," kata Anis.
Ia menuturkan dirinya lebih banyak membaca buku. Bagi dirinya, dengan membaca buku maka akan dapat memiliki kedalaman dalam melihat suatu masalah. Lebih dari itu, Anis menyebutkan bagi politisi jika tidak membaca buku akan memiliki akumulasi masalah dalam jangka panjang. "Kalau saya baca buku tematik," tandas Anis. [fer/inilah
*http://www.kabarpks.com/2013/06/inilah-rahasia-rahasia-anis-matta-yang.html
Sejak ditunjuk sebagai Presiden PKS, Anis Matta langsung tancap gas. Ia habiskan waktunya bertemu kader-kader PKS di seluruh Indonesia. Ia mengaku sejak awal Februari hingga Juni ini sedikitnya 3/4 wilayah Indonesia telah ia kunjungi. "Yang belum itu di antaranya Papua. Insya Allah bulan puasa nanti," ujar Anis ditemui di Jakarta, belum lama ini.
Ditanya soal aktivitas yang padat bagaimana ia menjaga stamina dan kesehatannya, Anis menyebutkan dirinya selalu minum air putih sepanjang hari. "Minimal saya minum air putih tiga liter," sebut Anis.
Tidak hanya minum air putih, Anis juga secara rutin berolahraga untuk menjaga staminanya. Ia menyebut olahraga seperti gym, futsal, jogging dan renang menjadi pilihan olahraganya. "Dan tentunya saya mengkontrol makanan," tambah bekas Wakil Ketua DPR RI ini.
Yang tak kalah penting resep menjaga kesehatannya, Anis menegaskan dirinya selalu gembira sepanjang hari. Alumnus LIPIA Jakarta ini mengatakan kegembiraan hati bisa diikhtiarkan dengan menjalani segala sesuatu dengan ikhlas. "Kalau niatnya mengejar karir, akan bermasalah," seloroh Anis.
Untuk menjaga kegembiraan hati, Anis melanjutkan dirinya belakanagn tak lagi menonton televisi, membuka internet dan membaca koran. Namun buru-buru Anis menyebutkan bukan berarti dirinya tidak mengikuti perkembangan informasi. "Teman-teman selalu kasih up date isu," kata Anis.
Ia menuturkan dirinya lebih banyak membaca buku. Bagi dirinya, dengan membaca buku maka akan dapat memiliki kedalaman dalam melihat suatu masalah. Lebih dari itu, Anis menyebutkan bagi politisi jika tidak membaca buku akan memiliki akumulasi masalah dalam jangka panjang. "Kalau saya baca buku tematik," tandas Anis. [fer/inilah
*http://www.kabarpks.com/2013/06/inilah-rahasia-rahasia-anis-matta-yang.html
Sunday, June 23, 2013
Berikut hasil lengkap quick count Pilwalkot Bandung yang diikuti 8 pasangan:
1 Edi Siswadi-Erwan Setiawan (16,3%)
2 Wahyudin-Toni Aprilani (8,27%)
3 Wawan Dewanta-Sayogo (2,06%)
4 M.Ridwan Kamil-Oded M. Danial (45,98%)
5 Ayi Vivananda-Nani Suryani (15,33%)
6 M.Qudrat Iswara-Asep Dedy Ruyadi (8,12%)
7 Budi Setiawan-Rizal Firdaus (2,07%)
8 Bambang Setiadi-Alex Tahsin (1,38%)
Suara masuk: 100 %
*sumber data dari twitter @infobandung, @RKBdg, dll
Quick Count: RIDO yang diusung PKS Menang Satu Putaran 45,98%
23.6.13
BANDUNG - Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Bandung yang digelar hari ini (Ahad, 23/6) menunjukan pasangan yang diusung PKS M.Ridwan Kamil-Oded M. Danial (RIDO) unggul. Berdasarkan cuick count versi Jaringan Survei Indonesia (JSI) pasangan nomor empat ini unggul telak dengan perolehan suara diatas 40%.
Berikut hasil lengkap quick count Pilwalkot Bandung yang diikuti 8 pasangan:
1 Edi Siswadi-Erwan Setiawan (16,3%)
2 Wahyudin-Toni Aprilani (8,27%)
3 Wawan Dewanta-Sayogo (2,06%)
4 M.Ridwan Kamil-Oded M. Danial (45,98%)
5 Ayi Vivananda-Nani Suryani (15,33%)
6 M.Qudrat Iswara-Asep Dedy Ruyadi (8,12%)
7 Budi Setiawan-Rizal Firdaus (2,07%)
8 Bambang Setiadi-Alex Tahsin (1,38%)
Suara masuk: 100 %
Tabel saat data masuk 83,33% |
Ridwan Kamil & Oded M. Danial sebagai pasangan Cawalkot dan Wakil saling berpelukan dengan penuh keharuan di Media Center RIDO sesaat setelah keluar hasil quick count (23/6) |
*sumber data dari twitter @infobandung, @RKBdg, dll
Saturday, June 22, 2013
Ada Parpol yang Ingin Sekali PKS Keluar dari Koalisi. Siapakah dia?
22.6.13
PKSKUDUS.COM - Jakarta - Wasekjen DPP PKS yang juga Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq mengakui ada partai politik yang sudah “kebelet” ingin menendang PKS keluar dari Sekretariat Gabungan Koalisi Partai-partai Politik Pendukung Pemerintah.
“Saya mencermati, ada partai politik yang bersemangat inginkan PKS keluar dari Koalisi,” kata Mahfudz Siddiq. Para politisi partai politik yang sudah kebelet mau menendang PKS tersebut sering melontarkan pernyataan-pernyataan lantang soal posisi PKS, dan bahkan sejak sebelum paripurna DPR RI memutuskan mengesahkan RUU APBN Perubahan 2013.
Saat didesak apakah parpol yang dimaksudkannya itu adalah Partai Demokrat, Mahfudz enggan menjawabnya.
Sementara saat ditanya tanggapannya soal pernyataan Sekretaris Setgab Koalisi yang juga Menteri Koperasi dan UKM, Syarif Hasan, yang menyatakan secara tegas bahwa PKS sudah berada di luar Setgab, Mahfudz mengatakan, PKS masih ingin mendengarkan langsung pernyataan dari Ketua Setgab Koalisi Susilo Bambang Yudhoyono. “Ketua Setgab itu Pak SBY dan kami hanya akan mendengarkan pernyataan Pak SBY,” katanya.
Menurut Mahfud, jika pernyataan dari tokoh lain di luar SBY, maka PKS menganggapnya hanya sebagai desakan kepada Presiden untuk mengeluarkan PKS dari koalisi. Ini cerita lama, bahkan sejak dua minggu lalu sebelum paripurna DPR mengesahkan RUU APBN Perubahan 2013 sudah ada pernyataan-pernyataan keras yang berusaha mengeluarkan PKS dari Koalisi.
PKS memilih sikap menolak kenaikan harga BBM dan menyampaikan argumentasinya itu juga sudah mempertimbangkan berbagai konsekuensinya.
Soal menteri kabinet yang berasal dari PKS, Mahfudz mengatakan, posisi para menteri dari PKS berada di bawah presiden yang seharusnya mendukung kebijakan pemerintah. Dan terkait pernyataan Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, yang menyatakan agar PKS melakukan evaluasi internal, menurut Mahfudz, PKS tidak perlu melakukan evaluasi internal.
Sikap PKS menolak kenaikan harga BBM bersubsdidi sudah sesuai jalur dan telah menjadi keputusan Majelis Syuro partai, sehingga tidak perlu melakukan evaluasi internal lagi. Sampai hari ini, kara Mahfudz, PKS tidak berencana melakukan evaluasi internal karena sikap yang disampaikan PKS pada rapat paripurna DPR sudah sesuai koridornya. “Tapi kalau memang ada pernyataan Tifatul tersebut, setiap orang memiliki hak untuk menyampaikan pandangannya,” katanya diplomatis. (beritadewan/SN
Saturday, June 22, 2013
Untuk meyakinkan membuat Fir’aun dan kaum Nabi Musa, Allah menunjukkan kemukjizatan yang irasional, yaitu tongkat yang dapat berubah menjadi ular. Nabi Isa, Allah berikan kemampuan menghidupkan orang mati, membuat orang buta bisa melihat, menyembuhkan penyakit lepra yang di kala itu tidak dapat disembuhkan sama sekali. Bagaimana dengan Umat Muhammad SAW? Rasulullah bersabda:
“Tidak seorang nabi pun melainkan diberikan (mukjizat) yang membuat manusia beriman terhadap hal-hal seperti itu. Sedangkan yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang diwahyukan kepadaku. Dan aku berharap menjadi (nabi) yang paling banyak pengikutnya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Mukjizat Nabi Muhammad SAW bukan hal-hal yang irasional. Nabi Muhammad mengajak umat manusia beriman atas dasar kerja akal dan proses berpikir rasional. Mari renungkan perintah Allah untuk membaca tersebut:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan pena, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Apa yang diperintahkan untuk dibaca? Tidak disebutkan dalam ayat tersebut. Karena yang lebih penting adalah bagaimana proses membaca dilakukan. Sangat banyak hal-hal yang harus dibaca. Supaya proses membaca menjadi efektif dan bermanfaat, Allah ajarkan adalah bagaimana kita membaca. Karena itu secara gamblang Allah jelaskan how to-nya: “Bacalah dengan nama Sang Pencipta.” Proses membaca yang bermanfaat yang mendorong pada keimanan kepada Sang Pencipta. Kegiatan membaca yang efektif adalah membaca yang dimulai dengan keberkahan iman kepada Allah. Allah yang menciptakan manusia. Allah merupakan sumber ilmu. Allah yang dengan murah hati memberikan karunia-Nya kepada hamba-Nya.
Bahan bacaan yang paling baik adalah al-Qur’an. Kualitas bahan bacaan selalu ditentukan oleh kualitas sumbernya. Membaca tulisan yang dikarang seorang pakar di bidangnya tentu jauh bermanfaat dibandingkan tulisan yang dikarang oleh orang awam. Lalu bagaimana dengan bahan bacaan yang berasal dari Sang Pencipta Langit dan Bumi?
Membaca al-Qur’an berarti mengkonsumsi informasi yang paling berkualitas yang ada pada umat manusia. Membaca al-Qur’an berarti menyerap ilmu yang paling tinggi yang mungkin diraih manusia. Membaca al-Qur’an berarti melakukan peningkatan cakrawala dengan sarana terbaik. Membaca al-Qur’an berarti meningkatkan kualitas diri dengan nara sumber yang paling ideal yang tidak terbayangkan ketinggian kualitasnya.
Ada empat level dalam membaca al-Qur’an. Semuanya penuh berkah dan manfaat. Semakin tinggi level membaca seseorang, semakin besar manfaat yang diperoleh.
Level Pertama: Mengucapkan al-Qur’an dengan Benar
Rasulullah SAW, para sahabatnya dan para ulama sangat memberikan perhatian yang besar terhadap bagaimana mengucapkan lafazh-lafazh al-Qur’an secara baik dan benar. Karena bentuk ideal transfer informasi adalah penyampaian redaksi secara tepat. Kesalahan pengucapan berakibat buruk pada proses transformasi informasi. Kalimat-kalimat ilahi dalam al-Qur’an bukan saja memuat informasi dan ajaran kebenaran dan keselamatan, tetapi juga memuat keindahan bahasa, ketinggian kualitas sastra, serta keagungan suasana ilahiyyah. Karena itu dalam membaca al-Qur’an sangat dianjurkan untuk memperhatikan adab-adabnya, seperti harus dalam keadaan suci, berpakaian menutup aurat, membaca dengan khusyu’, memperindah suara semampunya, dan memperhatikan tajwidnya. Rasulullah SAW bersabda:
“Perindahlah al-Qur’an dengan suara kalian.” (HR Abu Daud, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah).
Al-Qur’an adalah kata-kata dari Allah yang Maha Indah, karena itu semaksimal mungkin kita menerjemahkan keindahan tersebut dengan cara kita membaca. Meskipun demikian bukan berarti mereka yang tidak mampu mengucapkan al-Qur’an dengan fasih mereka tidak boleh membaca al-Qur’an. Cukup bagi seorang mukmin untuk berusaha sesuai dengan kemampuannya. Rasulullah SAW bersabda:
“Orang mahir membaca al-Qur’an, bersama dengan malaikat yang mulia dan berbakti. Sedangkan orang yang membaca al-Qur’an terbata-bata dan mengalami kesulitan (mengucapkannya) dia mendapatkan dua pahala.” (HR Muslim)
Subhanallah, ini adalah kemurahan Allah SWT. Yang membaca al-Qur’an dengan penuh kesulitan dan terbata-bata Allah justru memberi dua pahala, yaitu pahala mengucapkan al-Qur’an dan pahala menghadapi kesulitan. Meskipun demikian yang mahir tetap mendapatkan kelebihan derajat yaitu kemuliaan bersama dengan para malaikat.
Level Kedua, Membaca dengan Pemahaman
Maksud dari semua perkataan adalah pemahaman terhadap makna dari perkataan tersebut. Demikian juga al-Qur’an. Allah menurunkan al-Qur’an kepada umat manusia bukan sekadar dibunyikan tanpa dipahami. Al-Qur’an bukanlah mantera-mantera yang diucapkan dengan komat-kamit. Al-Qur’an adalah petunjuk. Dan al-Qur’an tidak akan menjadi petunjuk jika maknanya tidak dipahami. Allah mengecam Ahlul Kitab yang merasa memiliki kitab suci tetapi tidak mengetahui isinya, Allah berfirman:
“Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al kitab (Taurat), kecuali angan-angan belaka dan mereka hanya menduga-duga.” (QS.Al-Baqarah: 78).
Allah menyebut Ahlul Kitab sebagai “ummiyyin” padahal mereka mampu membaca dan menulis, tetapi karena mereka tidak mengetahui isi Kitab Suci mereka Allah menyebut mereka sebagai buta huruf. Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa makna kata “amani” artinya membaca. Berdasarkan tafsir ini, kita memahami bahwa membaca saja tidak membuat kita mendapatkan hidayah jika kita tidak memahami dan mengetahui makna kalamullah.
Untuk memahami al-Qur’an tentu saja perlu mempelajari bahasanya. Bagi yang tidak mengetahui bahasa Arab, membaca terjemahan atau tafsir berbahasa Indonesia bisa dijadikan pengganti sebagai langkah darurat. Saya katakan itu adalah langkah darurat, karena ketinggian bahasa al-Qur’an tidak mungkin diterjemahkan ke dalam bahasa apapun. Terjemahan al-Qur’an hakikatnya hanyalah terjemahan dari pemahaman sang penerjemah. Bahkan jika kita tanya kepada siapapun yang menerjemahkan al-Qur’an, pasti dia akan mengatakan tidak semua makna yang dikandung oleh lafal-lafal al-Qur’an dapat ditemukan padanannya pada bahasa lain.
Setingkat lebih baik dari terjemah al-Qur’an adalah terjemahan tafsir al-Qur’an, atau tafsir yang memang ditulis dalam bahasa Indonesia. Siapapun yang ingin mempelajari isi al-Qur’an tidak boleh melewatkan kitab-kitab tafsir. Seorang yang ahli bahasa Arab pun tidak akan tepat memahami al-Qur’an jika tidak mempelajari kitab tafsir. Karena sebagaimana halnya semua bahasa yang hidup adalah dinamis. Tidak semua kata-kata yang dipakai orang zaman sekarang memiliki makna yang sama dengan makna yang dipakai pada zaman turunnya al-Qur’an. Misalnya, kata ‘sayyaroh’ pada zaman ini berarti mobil, sedangkan dalam al-Qur’an ‘sayyaroh’ berarti kafilah dagang. Kata ‘qoryah’ di zaman sekarang dipakai untuk makna desa, sedangkan dalam al-Qur’an artinya adalah kota atau negeri.
Di sisi lain kitab-kitab tafsir beragam kualitasnya sesuai dengan kapasitas keilmuan penulisnya. Yang paling dekat dengan kebenaran adalah yang paling banyak menggali pemahaman dari wahyu itu sendiri. Metode yang paling baik dalam menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an itu sendiri, kemudian menafsirkan al-Qur’an dengan Hadits Nabi, kemudian menafsirkan al-Qur’an dengan perkataan tabi’in, kemudian menafsirkan al-Qur’an dengan kaidah bahasa. Kitab tafsir yang paling baik menerapkan metode ini adalah Tafsir Ibnu Katsir.
Dikarenakan al-Qur’an kitab yang universal, maka setiap masa selalu membutuhkan penafsiran yang mengupas al-Qur’an terkait dengan isu-isu kontemporer. Pada abad ke-19 dan ke-20 muncul tafsir-tafsir kontemporer seperti al-Manar karya Rasyid Ridho, at-Tahrir wat-Tanwir karya Ibnu Asyur, Adhwa-ul Bayan karya Muhammad Amin asy-Syinqithy, dan yang fenomenal adalah Fi Zhilalil Qur’an karya Sayyid Quthb.
Level Ketiga, Membaca dengan Tadabbur
Al-Qur’an mendorong manusia untuk memfungsikan akal dan hatinya lebih jauh dari sekadar memahami, walaupun level memahami al-Qur’an adalah level aktivitas otak yang tinggi. Jika seseorang memahami Kalamullah berarti dia telah mencerna informasi yang luar biasa tinggi kualitasnya. Tetapi ternyata Allah menginginkan kapasitas pemikiran seorang muslim bergerak lebih jauh. Al-Qur’an mendorong akal dan hati untuk mentadabburi al-Qur’an. Tadabbur berarti deep thinking, merenungi, memperhatikan secara mendalam, menggali hakikat yang tersimpan di balik kata-kata, dan menyingkap horizon di belakang makna.
Hal itu karena hakikat-hakikat yang terangkum dalam al-Qur’an tidak semuanya hakikat yang permukaan yang sederhana dan mudah ditangkap. Banyak hakikat-hakikat yang membutuhkan pemikiran yang dalam, perenungan yang jauh serta pandangan yang tajam. Dan hal itu tidak mungkin didapatkan hanya sekadar dengan menangkap lapisan luar lafal-lafal al-Qur’an. Lebih jauh bahkan Allah menyatakan bahwa al-Qur’an diturunkan dengan tujuan agar manusia mentadabburi ayat-ayat-Nya. Allah berfirman:
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mentadabburi ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shad: 76).
Untuk mentadabburi ayat-ayat Allah diperlukan hati yang bersih dan pemikiran yang tajam. Hati yang dipenuhi oleh hawa nafsu tidak akan mampu melihat secara jernih, karena syahwat akan banyak berbicara dan mengendalikan hati.
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. al-Jatsiyah: 23).
Ayat-ayat Allah yang terbentang di alam semesta juga hanya dapat ditangkap dan dipahami oleh hati-hati yang bersih.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Ulil Albab)” (QS. Ali Imran: 190).
Level Keempat, Membaca dengan Khusyu’
Masih ada plafon yang lebih tinggi di atas tadabbur? Ya, al-Qur’an terus mendorong manusia untuk terbang tinggi menuju ketinggian ruh, masuk ke alam penuh dengan keagungan ilahi dengan hati khusyu’ ruh sang mukmin menyaksikan keagungan Allah.
Setelah hati mampu melihat alam di belakang dunia materi, memahami hakikat di balik fenomena alam, ketika tirai tersingkap, hati mukmin yang mentadabburi al-Qur’an luluh. Hati tunduk melihat kebesaran Allah. Kulit bergetar merasakan keagungan Hakikat Mutlak.
“Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. az-Zumar: 23).
Orang-orang yang hatinya dipenuhi dengan ilmu ilahi, orang-orang yang kedalaman ilmunya kokoh akan bersujud tunduk, mata mereka akan memancarkan air mata kekhusyu’an setiap kali mereka diingatkan dengan ayat-ayat Allah, setiap kali hati mereka tersentuh dengan Kebenaran Ilahi Mutlak.
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, (108) dan mereka berkata: “Maha suci Tuhan Kami, Sesungguhnya janji Tuhan Kami pasti dipenuhi”. (109) dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (QS. al-Isra’: 107-109).
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/12/17/25371/empat-level-membaca-al-quran/#ixzz2X4mLOB9n
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Empat Level Membaca Al-Quran
Rubrik: Ulumul Qur'an | Oleh: Dr. Fahmi Islam Jiwanto -
Ada arti yang luar biasa strategis diinginkan dengan agama Nabi Muhammad SAW ini. Untuk bisa lebih memahami pentingnya perintah membaca ini, mari kita bandingkan Umat Muhammad dengan umat-umat sebelumnya.Untuk meyakinkan membuat Fir’aun dan kaum Nabi Musa, Allah menunjukkan kemukjizatan yang irasional, yaitu tongkat yang dapat berubah menjadi ular. Nabi Isa, Allah berikan kemampuan menghidupkan orang mati, membuat orang buta bisa melihat, menyembuhkan penyakit lepra yang di kala itu tidak dapat disembuhkan sama sekali. Bagaimana dengan Umat Muhammad SAW? Rasulullah bersabda:
“Tidak seorang nabi pun melainkan diberikan (mukjizat) yang membuat manusia beriman terhadap hal-hal seperti itu. Sedangkan yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang diwahyukan kepadaku. Dan aku berharap menjadi (nabi) yang paling banyak pengikutnya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Mukjizat Nabi Muhammad SAW bukan hal-hal yang irasional. Nabi Muhammad mengajak umat manusia beriman atas dasar kerja akal dan proses berpikir rasional. Mari renungkan perintah Allah untuk membaca tersebut:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan pena, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Apa yang diperintahkan untuk dibaca? Tidak disebutkan dalam ayat tersebut. Karena yang lebih penting adalah bagaimana proses membaca dilakukan. Sangat banyak hal-hal yang harus dibaca. Supaya proses membaca menjadi efektif dan bermanfaat, Allah ajarkan adalah bagaimana kita membaca. Karena itu secara gamblang Allah jelaskan how to-nya: “Bacalah dengan nama Sang Pencipta.” Proses membaca yang bermanfaat yang mendorong pada keimanan kepada Sang Pencipta. Kegiatan membaca yang efektif adalah membaca yang dimulai dengan keberkahan iman kepada Allah. Allah yang menciptakan manusia. Allah merupakan sumber ilmu. Allah yang dengan murah hati memberikan karunia-Nya kepada hamba-Nya.
Bahan bacaan yang paling baik adalah al-Qur’an. Kualitas bahan bacaan selalu ditentukan oleh kualitas sumbernya. Membaca tulisan yang dikarang seorang pakar di bidangnya tentu jauh bermanfaat dibandingkan tulisan yang dikarang oleh orang awam. Lalu bagaimana dengan bahan bacaan yang berasal dari Sang Pencipta Langit dan Bumi?
Membaca al-Qur’an berarti mengkonsumsi informasi yang paling berkualitas yang ada pada umat manusia. Membaca al-Qur’an berarti menyerap ilmu yang paling tinggi yang mungkin diraih manusia. Membaca al-Qur’an berarti melakukan peningkatan cakrawala dengan sarana terbaik. Membaca al-Qur’an berarti meningkatkan kualitas diri dengan nara sumber yang paling ideal yang tidak terbayangkan ketinggian kualitasnya.
Ada empat level dalam membaca al-Qur’an. Semuanya penuh berkah dan manfaat. Semakin tinggi level membaca seseorang, semakin besar manfaat yang diperoleh.
Level Pertama: Mengucapkan al-Qur’an dengan Benar
Rasulullah SAW, para sahabatnya dan para ulama sangat memberikan perhatian yang besar terhadap bagaimana mengucapkan lafazh-lafazh al-Qur’an secara baik dan benar. Karena bentuk ideal transfer informasi adalah penyampaian redaksi secara tepat. Kesalahan pengucapan berakibat buruk pada proses transformasi informasi. Kalimat-kalimat ilahi dalam al-Qur’an bukan saja memuat informasi dan ajaran kebenaran dan keselamatan, tetapi juga memuat keindahan bahasa, ketinggian kualitas sastra, serta keagungan suasana ilahiyyah. Karena itu dalam membaca al-Qur’an sangat dianjurkan untuk memperhatikan adab-adabnya, seperti harus dalam keadaan suci, berpakaian menutup aurat, membaca dengan khusyu’, memperindah suara semampunya, dan memperhatikan tajwidnya. Rasulullah SAW bersabda:
“Perindahlah al-Qur’an dengan suara kalian.” (HR Abu Daud, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah).
Al-Qur’an adalah kata-kata dari Allah yang Maha Indah, karena itu semaksimal mungkin kita menerjemahkan keindahan tersebut dengan cara kita membaca. Meskipun demikian bukan berarti mereka yang tidak mampu mengucapkan al-Qur’an dengan fasih mereka tidak boleh membaca al-Qur’an. Cukup bagi seorang mukmin untuk berusaha sesuai dengan kemampuannya. Rasulullah SAW bersabda:
“Orang mahir membaca al-Qur’an, bersama dengan malaikat yang mulia dan berbakti. Sedangkan orang yang membaca al-Qur’an terbata-bata dan mengalami kesulitan (mengucapkannya) dia mendapatkan dua pahala.” (HR Muslim)
Subhanallah, ini adalah kemurahan Allah SWT. Yang membaca al-Qur’an dengan penuh kesulitan dan terbata-bata Allah justru memberi dua pahala, yaitu pahala mengucapkan al-Qur’an dan pahala menghadapi kesulitan. Meskipun demikian yang mahir tetap mendapatkan kelebihan derajat yaitu kemuliaan bersama dengan para malaikat.
Level Kedua, Membaca dengan Pemahaman
Maksud dari semua perkataan adalah pemahaman terhadap makna dari perkataan tersebut. Demikian juga al-Qur’an. Allah menurunkan al-Qur’an kepada umat manusia bukan sekadar dibunyikan tanpa dipahami. Al-Qur’an bukanlah mantera-mantera yang diucapkan dengan komat-kamit. Al-Qur’an adalah petunjuk. Dan al-Qur’an tidak akan menjadi petunjuk jika maknanya tidak dipahami. Allah mengecam Ahlul Kitab yang merasa memiliki kitab suci tetapi tidak mengetahui isinya, Allah berfirman:
“Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al kitab (Taurat), kecuali angan-angan belaka dan mereka hanya menduga-duga.” (QS.Al-Baqarah: 78).
Allah menyebut Ahlul Kitab sebagai “ummiyyin” padahal mereka mampu membaca dan menulis, tetapi karena mereka tidak mengetahui isi Kitab Suci mereka Allah menyebut mereka sebagai buta huruf. Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa makna kata “amani” artinya membaca. Berdasarkan tafsir ini, kita memahami bahwa membaca saja tidak membuat kita mendapatkan hidayah jika kita tidak memahami dan mengetahui makna kalamullah.
Untuk memahami al-Qur’an tentu saja perlu mempelajari bahasanya. Bagi yang tidak mengetahui bahasa Arab, membaca terjemahan atau tafsir berbahasa Indonesia bisa dijadikan pengganti sebagai langkah darurat. Saya katakan itu adalah langkah darurat, karena ketinggian bahasa al-Qur’an tidak mungkin diterjemahkan ke dalam bahasa apapun. Terjemahan al-Qur’an hakikatnya hanyalah terjemahan dari pemahaman sang penerjemah. Bahkan jika kita tanya kepada siapapun yang menerjemahkan al-Qur’an, pasti dia akan mengatakan tidak semua makna yang dikandung oleh lafal-lafal al-Qur’an dapat ditemukan padanannya pada bahasa lain.
Setingkat lebih baik dari terjemah al-Qur’an adalah terjemahan tafsir al-Qur’an, atau tafsir yang memang ditulis dalam bahasa Indonesia. Siapapun yang ingin mempelajari isi al-Qur’an tidak boleh melewatkan kitab-kitab tafsir. Seorang yang ahli bahasa Arab pun tidak akan tepat memahami al-Qur’an jika tidak mempelajari kitab tafsir. Karena sebagaimana halnya semua bahasa yang hidup adalah dinamis. Tidak semua kata-kata yang dipakai orang zaman sekarang memiliki makna yang sama dengan makna yang dipakai pada zaman turunnya al-Qur’an. Misalnya, kata ‘sayyaroh’ pada zaman ini berarti mobil, sedangkan dalam al-Qur’an ‘sayyaroh’ berarti kafilah dagang. Kata ‘qoryah’ di zaman sekarang dipakai untuk makna desa, sedangkan dalam al-Qur’an artinya adalah kota atau negeri.
Di sisi lain kitab-kitab tafsir beragam kualitasnya sesuai dengan kapasitas keilmuan penulisnya. Yang paling dekat dengan kebenaran adalah yang paling banyak menggali pemahaman dari wahyu itu sendiri. Metode yang paling baik dalam menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an itu sendiri, kemudian menafsirkan al-Qur’an dengan Hadits Nabi, kemudian menafsirkan al-Qur’an dengan perkataan tabi’in, kemudian menafsirkan al-Qur’an dengan kaidah bahasa. Kitab tafsir yang paling baik menerapkan metode ini adalah Tafsir Ibnu Katsir.
Dikarenakan al-Qur’an kitab yang universal, maka setiap masa selalu membutuhkan penafsiran yang mengupas al-Qur’an terkait dengan isu-isu kontemporer. Pada abad ke-19 dan ke-20 muncul tafsir-tafsir kontemporer seperti al-Manar karya Rasyid Ridho, at-Tahrir wat-Tanwir karya Ibnu Asyur, Adhwa-ul Bayan karya Muhammad Amin asy-Syinqithy, dan yang fenomenal adalah Fi Zhilalil Qur’an karya Sayyid Quthb.
Level Ketiga, Membaca dengan Tadabbur
Al-Qur’an mendorong manusia untuk memfungsikan akal dan hatinya lebih jauh dari sekadar memahami, walaupun level memahami al-Qur’an adalah level aktivitas otak yang tinggi. Jika seseorang memahami Kalamullah berarti dia telah mencerna informasi yang luar biasa tinggi kualitasnya. Tetapi ternyata Allah menginginkan kapasitas pemikiran seorang muslim bergerak lebih jauh. Al-Qur’an mendorong akal dan hati untuk mentadabburi al-Qur’an. Tadabbur berarti deep thinking, merenungi, memperhatikan secara mendalam, menggali hakikat yang tersimpan di balik kata-kata, dan menyingkap horizon di belakang makna.
Hal itu karena hakikat-hakikat yang terangkum dalam al-Qur’an tidak semuanya hakikat yang permukaan yang sederhana dan mudah ditangkap. Banyak hakikat-hakikat yang membutuhkan pemikiran yang dalam, perenungan yang jauh serta pandangan yang tajam. Dan hal itu tidak mungkin didapatkan hanya sekadar dengan menangkap lapisan luar lafal-lafal al-Qur’an. Lebih jauh bahkan Allah menyatakan bahwa al-Qur’an diturunkan dengan tujuan agar manusia mentadabburi ayat-ayat-Nya. Allah berfirman:
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mentadabburi ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shad: 76).
Untuk mentadabburi ayat-ayat Allah diperlukan hati yang bersih dan pemikiran yang tajam. Hati yang dipenuhi oleh hawa nafsu tidak akan mampu melihat secara jernih, karena syahwat akan banyak berbicara dan mengendalikan hati.
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. al-Jatsiyah: 23).
Ayat-ayat Allah yang terbentang di alam semesta juga hanya dapat ditangkap dan dipahami oleh hati-hati yang bersih.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Ulil Albab)” (QS. Ali Imran: 190).
Level Keempat, Membaca dengan Khusyu’
Masih ada plafon yang lebih tinggi di atas tadabbur? Ya, al-Qur’an terus mendorong manusia untuk terbang tinggi menuju ketinggian ruh, masuk ke alam penuh dengan keagungan ilahi dengan hati khusyu’ ruh sang mukmin menyaksikan keagungan Allah.
Setelah hati mampu melihat alam di belakang dunia materi, memahami hakikat di balik fenomena alam, ketika tirai tersingkap, hati mukmin yang mentadabburi al-Qur’an luluh. Hati tunduk melihat kebesaran Allah. Kulit bergetar merasakan keagungan Hakikat Mutlak.
“Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. az-Zumar: 23).
Orang-orang yang hatinya dipenuhi dengan ilmu ilahi, orang-orang yang kedalaman ilmunya kokoh akan bersujud tunduk, mata mereka akan memancarkan air mata kekhusyu’an setiap kali mereka diingatkan dengan ayat-ayat Allah, setiap kali hati mereka tersentuh dengan Kebenaran Ilahi Mutlak.
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, (108) dan mereka berkata: “Maha suci Tuhan Kami, Sesungguhnya janji Tuhan Kami pasti dipenuhi”. (109) dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (QS. al-Isra’: 107-109).
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/12/17/25371/empat-level-membaca-al-quran/#ixzz2X4mLOB9n
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Saturday, June 22, 2013
Selamat Yunaris, semoga kamu bisa jadi inspirasi generasi penerus kami.
Aamiin yaa robbal 'aalamiin
*by Nasrullah
@nasrullahorchid on twitter
Ajiiiiiib! Inilah Buah Halaqoh Kita
Malam ini (Ahad, 9/6/13) hujan deras sekali. Pepohonan tumbang di beberapa tempat. Tapi anak-anak saya keukeuh minta ke Gramedia. Tak disangka, malah saya dapat hadiah indah malam ini. Apalagi, kalau bukan taman syurga. Walaupun di Musholla Gramedia Depok yang sederhana.
Saya mendapat maghrib & isya yang syahdu di musholla darurat untuk ikhwan. Berjamaah, diiringi gemericik musik alam. Hujan memang beda, membawa suasana magis nan khusyu'.
Saat maghrib masih banyak yang ikut jamaah. Tapi seperti lazimnya, isya hanya segelintir. Apalagi di tempat perbelanjaan seperti ini.
Waktu Isya itu saya dapat tugas jadi imam. Ma'mumnya 5 orang. Saat itu saya mbatin, "Ini yang ma'mum spesial sekali. Isya tepat waktu, berjamaah, di pertokoan. Ga sembarang orang bisa begini. Sekalian aja saya geber". Saya baca Ar-Rahman, tapi potongan akhirnya, mulai ayat 46 sampe akhir. Itu favorit saya, karena isinya syurga semua.
Benar saja, ma'mum di belakang saya memang spesial. Lepas ba'diyah, ada anak muda yang deketin saya.
"Pak, tadi baca Ar-Rahman ya?"
"Iya," jawab saya.
"Boleh ga saya setoran (hafalan) sama bapak?" Tanya anak muda itu dengan mata berbinar. Sepertinya gembira sekali.
"Boleh, silahkan," sambut saya juga dengan gembira.
Dia baca perlahan surat Ar-Rahman. Ada 3 tempat saja yang dia lupa. Tapi sudah bagus. Dia masih pakai baju olahraga. Tertulis "SMA Sejahtera 1". Ini anak bukan pesantren, tapi SMA swasta.
"Saya hafal Waqi'ah, Ar-Rahman & Al-Hadid pak, saya dengar kalau hafal 3 surat itu dapat jaminan syurga firdaus ya pak?" Tanyanya. "Iya," saya menegaskan.
Dia hafal banyak juga. Juz 30, sebagian juz 29, juga surat-surat utama seperti Al-Fath, As-Sajdah. Sekarang sedang menghafalkan Yaasin.
"Kamu ikut rohis di SMA?" Tanya saya. "Ikut halaqoh-halaqoh gitu pak. Setiap pekan saya liqo. Saya ngafalin mulai SMP," jawabnya senang.
Alhamdulillah indah sekali malam ini. Allah tunjukkan kuasa-Nya. Jika Dia inginkan hidayah, mudah bagi-Nya. Lewat jalan halaqoh, Dia rengkuh anak-anak muda di tengah godaan syahwat yang mendera teman-teman sebayanya.
Selamat Yunaris, semoga kamu bisa jadi inspirasi generasi penerus kami.
Aamiin yaa robbal 'aalamiin
*by Nasrullah
@nasrullahorchid on twitter
Friday, June 21, 2013
Mentan Terima Penghargaan dari FAO atas Program Desa Mandiri Pangan (demapan).
21.6.13
Food and Agricultural Organizations (FAO) menilai Indonesia merupakan satu dari 35 negara di dunia yang berhasil mencapai target Milenium Development Goals (MDGs) untuk upaya mengatasi kemiskinan dan kelaparan. Atas keberhasilan itu, badan dunia untuk pangan dan pertanian di bawah PBB ini akan memberikan penghargaan kepada pemerintah Indonesia.
Direktur Jenderal FAO Jose Graziano da Silva mengungkapkan hal tersebut kepada Menteri Pertanian RI Suswono dalam acara jamuan makan malam yang diselenggarakan Kementerian Pertanian, Senin (27/5) malam di Jakarta. Menurut Graziano, penghargaan akan diserahkan pada konferensi FAO yang akan digelar pertengahan Juni 2013 mendatang di Roma, Italia.
“Saya berharap dapat berjumpa Anda di sana, DR Suswono,” ujar Graziano.
Graziano mengemukakan, keberhasilan Indonesia melawan kemiskinan dan kelaparan salah satu faktor nya adalah keberhasilan Indonesia meningkatkan produksi pangan lewat program ketahanan dan kedaulatan pangan.
“Kebijakan dan program Anda adalah faktor yang sangat signifikan dalam upaya melawan kelaparan di Indonesia,” tegas Graziano, yang tidak lain adalah adik mantan Presiden Brazil Lula da Silva ini.
Graziano menyebut salah satu contoh program Kementerian Pertanian yang dinilai membantu mengatasi masalah kemiskinan dan kelaparan adalah Program Desa Mandiri Pangan (demapan).
Demapan merupakan program aksi yang dilaksanakan Kementerian Pertanian dengan tujuan untuk mengurangi rawan pangan dan gizi melalui pendayagunaan sumber daya, kelembagaan dan kearifan lokal pedesaan.
Mentan menyambut gembira kabar yang disampaikan Dirjen FAO tersebut. Apa yang dilakukan pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Pertanian dalam upaya mengatasi persoalan pangan saat ini sejatinya sejalan dengan visi dan misi Graziano saat pemilihan Dirjen FAO, juga target MDGs, khususnya target MDGs pertama, yaitu penurunan angka kemiskinan dan kelaparan, serta upaya untuk pencapaian swasembada pangan.
Pada kesempatan kunjungan Dirjen FAO ke Kementerian Pertanian, Senin pagi, Mentan sempat mengungkapkan kembali visi dan misi Graziano ketika maju dalam pemilihan Dirjen FAO beberapa waktu lalu. Ketika itu Graziano fokus pada lima hal yakni; penghapusan kelaparan, peningkatan produksi pangan yang berkelanjutan, penanggulangan kemiskinan, utamanya bagi perempuan dan anak di pedesaan, pengembangan sistem pangan yang efektif dan efisien, serta antisipasi krisis pangan akibat keadaan darurat dan bencana alam.
“Selain itu juga menyelesaikan proses reformasi yang telah disepakati untuk memperluas desentralisasi, dan memperluas kerja sama South-South Cooperation (Kerjasama Selatan-Selatan),” ujar Mentan.
Pada kesempatan itu Mentan juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas bantuan FAO dalam pembangunan pertanian di Indonesia selama ini.
”Saya tetap menempatkan FAO sebagai salah satu mitra penting dan strategis dalam mendukung pembangunan pertanian di Indonesia. Karena itu, saya sangat berharap agar kerja sama yang telah terjalin erat selama ini dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan di masa yang akan datang,” kata Mentan Suswono. (ist/tjk)
Friday, June 21, 2013
Ikon “jilbab” dan untaian “Assalamu’alaikum..” hanya jadi kedok
Oleh: Maulana Yusuf[1]
Tapi jangan salah, coba saja anda perhatikan layar televisi akhir-akhir ini. menjelang Bulan Ramadhan sudah bertaburan sinetron-sinetron yang bermodalkan akting “jilbab” dan kalimat “Assalamu’alaikum..” seolah-olah tontonan yang Islami, tapi inti jalan ceritanya tiada lain tiada bukan justru merusak generasi muda Islam.
“berjilbab” tapi pacaran, “berjilbab” tapi berikhtilat dengan lawan jenis, jalan berduaan, pegang-pegangan tangan, saling berpandangan dan segudang budaya rusak anak pacaran yang sekali lagi merupakan budaya yang bersebrangan dengan nlai-nilai Islam, bahkan menghancurkan generasi Islam.
ikon “jilbab” dan untaian “Assalamu’alaikum..” hanya jadi kedok untuk membungkus isi tayangan yang sebenarnya rusak seolah layak untuk ditonton karena bernuansa “Islami”.
lebih parahnya lagi, ada sinetron yang para pelakonnya bergama Nasrani/Non Islam malah berperan sebagai pemuda muslim dan pemudi muslimah dengan mengenakan koko, peci serta berjilbab. Sableng!
Yang perlu menjadi perhatian kita, jangan kita mudah memberikan rasa peduli dan dukungan terhadap “sesuatu yang berjilbab” dengan alasan Syi’ar.
kalau konteks jilbab seperti sebgaimana yang disebutkan diatas, apa faedahnya? apa manfaatnya? toh yang ada justru secara tidak langsung melecehkan syariat dan tata cara berjilbab yang syar’i. Secara tidak langsung juga mengajarkan kepada generasi muda yang berjilbab khususnya, bahwa dengan berjilbab kita masih tetap bisa pacaran, masih tetap bisa gaul bareng temen-temen cowok, masih bisa tebar pandangan bahkan di areal masjid sepulang sholat terawih.
begitupun dalam konteks Fatin Shidqia Lubis dengan acara X-Factor-nya, jangan hanya karena berjilbab justru semakin didukung untuk kontes biduan semacam itu. Apa makna yang ingin digapai ? syi’ar-kah? syi’ar versi apa jika dikombinasikan dengan event dan lingkungan karir semacam itu? bagaimana jika dukungan terhadap Fatin justru membuat pola fikir remaja muslimah yang berjilbab jadi “kepingin” ikut-ikutan jadi biduan seperti Fatin yang bahkan dapat dukungan dari MUI?. Remaja muslimah seolah secara tidak sadar dibredeli nilai-nilai jilbabnya. Berjilbab tapi berlenggak-lenggok dipanggung, berjilbab tapi mendayu-dayu diatas panggung.
Padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda: “Ada dua golongan penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat; Yaitu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, mereka memukuli orang-orang dengannya. Dan wanita-wanita yang memakai baju tapi telanjang, berjalan dengan menggoyang-goyangkan pundak-nya dan berlenggak-lenggok.Kepala mereka seperti punuk unta yang condong. Mereka tidak akan masuk surga bahkan tidak akan mendapat wanginya, pada-hal sungguh wangi Surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” [HR . Muslim]
Dalam kasus Fatin dengan acara X-Factornya yang mendapat dukungan dari MUI hanya lantaran berjilbab, jujur memang saya pribadi penulis belum pernah menonton sama sekali acara tersebut. Bahkan penampilan Fatin seperti apa di panggung X-factor saya tidak tahu. Tapi, kalau memang alasan syi’ar, tolong jawab pertanyaan saya, lagu apa yang Fatin nyanyikan diatas panggung X-factor? lagu-lagu bernuansa “da’wah”-kah?? atau lagu-lagu percintaan model anak-anak alay (norak) zaman sekarang? lalu dimana letak “syi’ar-nya”??
Menurut penulis, didalam menyikapi kasus Fatin Shidqia Lubis di acara X-Factor tersebut, seharusnya MUI bukan malah memberi dukungan, tapi memberi nasehat yang intinya seperti ini:
“Nak,ajang nyanyi-nyanyi seperti ini bukan budaya kita sebagai umat Islam, terlebih kondisi adik yang berjilbab, Di habitat seperti ini bertaburan syubhat dan maksiat yang mengelilingi, engkau adalah wanita, yang rapuh dan mudah terbawa perasaan bahkan tidak menutup kemungkinan engkau terjerumus dan terbawa arus maksiat yang besar di tempat ini. Lebih baik, carilah jalan lain yang dapat semakin mendekatkanmu pada Allah, yang dapat benar-benar membentukmu dan menjadikanmu seorang Muslimah yang penuh cinta kepada Allah, dan Allah-pun cinta kepadamu. Yang dapat menjadikanmu perhiasan yang paling berharga di dunia ini, yang memuliakanmu sebagai wanita yang sesungguhnya, menjadikanmu wanita yang sholehah. Tinggalkan lingkungan semacam ini yang hanya membahayakan akhlak dan agamamu, karena kemuliaan dirimu bersama agamamu, sungguh takkan dapat kau tukar dengan apapun. Apalagi hanya sebatas gemerlapnya popularitas dan limpahan materi yang berlimpah.
bahkan kabar terakhir menyebutkan, bahwa ternyata MUI menyesali sikap fatin yang dulu pernah didukung oleh MUI, kin malah turut mendukung terselenggaranya acara kontes Miss World di Indonesia, yang padahal umat Islam bahkan MUI tengah bersusah payah berjuang agar kontes Miss World di Indonesia tidak dilaksanakan karena menodai citra Indonesia khususnya kaum muslimin yang merupakan mayoritas di negeri ini.
Ini menunjukkan, sang ikon jilbab yang dulu didukung terus untuk berkiprah di tempat karir yang rusak seperti itu, telah benar-benar cepat atau lambat tak mampu menghalau derasnya gelombang maksiat dan pola pikir yang ada di habitatnya tempat ia memulai karir dan popularitasnya.
kedepan, semoga kita semakin berhati-hati didalam menyikapi persoalan sosial yang timbul ditengah-tengan masyarakat. Bukan hanya berdasarkan tampilan, perasaan baik, dan semangat yang menggebu tanpa dituntuntun dengan dalil. tapi timbanglah kesemua itu berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dan As-sunnah yang Shahih dengan pemahaman Salafush shalih. Agar kita tidak terjebak akan propaganda musuh-musuh Islam didalam merusak moral generasi Islam dengan cara-cara halus, yang bahkan mungkin kita tidak menyadarinya hanya karena kita terlupa karena menilai sesuatu berdasarkan semangat dan perasaan kita saja..
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
Dan yang paling mendesak memang, umat islam khususnya di indonesia sangat butuh media televisi yang benar-benar dapat membentuk kepribadiannya menjadi seorang muslim yang sebenarnya, pribadi muslim yang taqwa, yang bertauhid, cinta akan sunnah dan cinta akan nilai-nilai Islam untuk diterapkan dalam kehidupannya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemudahan kepada ummat ini untuk dapat mewujudkan itu semua.
Wallahu A’lam Bish Showab.
Bekasi, Rabu 19 Juni 2013
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda: “Ada dua golongan penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat; Yaitu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, mereka memukuli orang-orang dengannya. Dan wanita-wanita yang memakai baju tapi telanjang, berjalan dengan menggoyang-goyangkan pundak-nya dan berlenggak-lenggok.Kepala mereka seperti punuk unta yang condong. Mereka tidak akan masuk surga bahkan tidak akan mendapat wanginya, pada-hal sungguh wangi Surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” [HR . Muslim]
Percayakah anda bahwa “jilbab” kini bisa jadi senjata juga bagian dari ghazwul fikri (perang pemikiran) ?. mungkin bagi sebagian kita akan mempertanyakan bagaimana mungkin? bukannya ghazwul fikri itu justru menjerumuskan wanita agar tidak menutup aurat ?Tapi jangan salah, coba saja anda perhatikan layar televisi akhir-akhir ini. menjelang Bulan Ramadhan sudah bertaburan sinetron-sinetron yang bermodalkan akting “jilbab” dan kalimat “Assalamu’alaikum..” seolah-olah tontonan yang Islami, tapi inti jalan ceritanya tiada lain tiada bukan justru merusak generasi muda Islam.
“berjilbab” tapi pacaran, “berjilbab” tapi berikhtilat dengan lawan jenis, jalan berduaan, pegang-pegangan tangan, saling berpandangan dan segudang budaya rusak anak pacaran yang sekali lagi merupakan budaya yang bersebrangan dengan nlai-nilai Islam, bahkan menghancurkan generasi Islam.
ikon “jilbab” dan untaian “Assalamu’alaikum..” hanya jadi kedok untuk membungkus isi tayangan yang sebenarnya rusak seolah layak untuk ditonton karena bernuansa “Islami”.
lebih parahnya lagi, ada sinetron yang para pelakonnya bergama Nasrani/Non Islam malah berperan sebagai pemuda muslim dan pemudi muslimah dengan mengenakan koko, peci serta berjilbab. Sableng!
Yang perlu menjadi perhatian kita, jangan kita mudah memberikan rasa peduli dan dukungan terhadap “sesuatu yang berjilbab” dengan alasan Syi’ar.
kalau konteks jilbab seperti sebgaimana yang disebutkan diatas, apa faedahnya? apa manfaatnya? toh yang ada justru secara tidak langsung melecehkan syariat dan tata cara berjilbab yang syar’i. Secara tidak langsung juga mengajarkan kepada generasi muda yang berjilbab khususnya, bahwa dengan berjilbab kita masih tetap bisa pacaran, masih tetap bisa gaul bareng temen-temen cowok, masih bisa tebar pandangan bahkan di areal masjid sepulang sholat terawih.
begitupun dalam konteks Fatin Shidqia Lubis dengan acara X-Factor-nya, jangan hanya karena berjilbab justru semakin didukung untuk kontes biduan semacam itu. Apa makna yang ingin digapai ? syi’ar-kah? syi’ar versi apa jika dikombinasikan dengan event dan lingkungan karir semacam itu? bagaimana jika dukungan terhadap Fatin justru membuat pola fikir remaja muslimah yang berjilbab jadi “kepingin” ikut-ikutan jadi biduan seperti Fatin yang bahkan dapat dukungan dari MUI?. Remaja muslimah seolah secara tidak sadar dibredeli nilai-nilai jilbabnya. Berjilbab tapi berlenggak-lenggok dipanggung, berjilbab tapi mendayu-dayu diatas panggung.
Padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda: “Ada dua golongan penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat; Yaitu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, mereka memukuli orang-orang dengannya. Dan wanita-wanita yang memakai baju tapi telanjang, berjalan dengan menggoyang-goyangkan pundak-nya dan berlenggak-lenggok.Kepala mereka seperti punuk unta yang condong. Mereka tidak akan masuk surga bahkan tidak akan mendapat wanginya, pada-hal sungguh wangi Surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” [HR . Muslim]
Dalam kasus Fatin dengan acara X-Factornya yang mendapat dukungan dari MUI hanya lantaran berjilbab, jujur memang saya pribadi penulis belum pernah menonton sama sekali acara tersebut. Bahkan penampilan Fatin seperti apa di panggung X-factor saya tidak tahu. Tapi, kalau memang alasan syi’ar, tolong jawab pertanyaan saya, lagu apa yang Fatin nyanyikan diatas panggung X-factor? lagu-lagu bernuansa “da’wah”-kah?? atau lagu-lagu percintaan model anak-anak alay (norak) zaman sekarang? lalu dimana letak “syi’ar-nya”??
Menurut penulis, didalam menyikapi kasus Fatin Shidqia Lubis di acara X-Factor tersebut, seharusnya MUI bukan malah memberi dukungan, tapi memberi nasehat yang intinya seperti ini:
“Nak,ajang nyanyi-nyanyi seperti ini bukan budaya kita sebagai umat Islam, terlebih kondisi adik yang berjilbab, Di habitat seperti ini bertaburan syubhat dan maksiat yang mengelilingi, engkau adalah wanita, yang rapuh dan mudah terbawa perasaan bahkan tidak menutup kemungkinan engkau terjerumus dan terbawa arus maksiat yang besar di tempat ini. Lebih baik, carilah jalan lain yang dapat semakin mendekatkanmu pada Allah, yang dapat benar-benar membentukmu dan menjadikanmu seorang Muslimah yang penuh cinta kepada Allah, dan Allah-pun cinta kepadamu. Yang dapat menjadikanmu perhiasan yang paling berharga di dunia ini, yang memuliakanmu sebagai wanita yang sesungguhnya, menjadikanmu wanita yang sholehah. Tinggalkan lingkungan semacam ini yang hanya membahayakan akhlak dan agamamu, karena kemuliaan dirimu bersama agamamu, sungguh takkan dapat kau tukar dengan apapun. Apalagi hanya sebatas gemerlapnya popularitas dan limpahan materi yang berlimpah.
bahkan kabar terakhir menyebutkan, bahwa ternyata MUI menyesali sikap fatin yang dulu pernah didukung oleh MUI, kin malah turut mendukung terselenggaranya acara kontes Miss World di Indonesia, yang padahal umat Islam bahkan MUI tengah bersusah payah berjuang agar kontes Miss World di Indonesia tidak dilaksanakan karena menodai citra Indonesia khususnya kaum muslimin yang merupakan mayoritas di negeri ini.
Ini menunjukkan, sang ikon jilbab yang dulu didukung terus untuk berkiprah di tempat karir yang rusak seperti itu, telah benar-benar cepat atau lambat tak mampu menghalau derasnya gelombang maksiat dan pola pikir yang ada di habitatnya tempat ia memulai karir dan popularitasnya.
kedepan, semoga kita semakin berhati-hati didalam menyikapi persoalan sosial yang timbul ditengah-tengan masyarakat. Bukan hanya berdasarkan tampilan, perasaan baik, dan semangat yang menggebu tanpa dituntuntun dengan dalil. tapi timbanglah kesemua itu berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dan As-sunnah yang Shahih dengan pemahaman Salafush shalih. Agar kita tidak terjebak akan propaganda musuh-musuh Islam didalam merusak moral generasi Islam dengan cara-cara halus, yang bahkan mungkin kita tidak menyadarinya hanya karena kita terlupa karena menilai sesuatu berdasarkan semangat dan perasaan kita saja..
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
” تركت فيكم أمرين ، لن تضلوا ما إن تمسكتم بهما : كتاب الله وسنتي “[رواه مالك بإسناد حسن].
“Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, kamu tidak akan tersesat selamanya yaitu kitab Allah dan Sunnahku” (HR. Malik dengan Sanad Hasan)خَيْرُ أُمَّتِي الْقَرْنُ الَّذِينَ بُعِثْتُ فِيهِمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik generasi adalah generasi saat aku diutus di dalamnya, kemudian generasi setelah mereka, kemudian generasi setelah mereka”Dan yang paling mendesak memang, umat islam khususnya di indonesia sangat butuh media televisi yang benar-benar dapat membentuk kepribadiannya menjadi seorang muslim yang sebenarnya, pribadi muslim yang taqwa, yang bertauhid, cinta akan sunnah dan cinta akan nilai-nilai Islam untuk diterapkan dalam kehidupannya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemudahan kepada ummat ini untuk dapat mewujudkan itu semua.
Wallahu A’lam Bish Showab.
Bekasi, Rabu 19 Juni 2013
Subscribe to:
Posts (Atom)