News Ticker :

>> KUDUS

>> Ruang Perempuan

INSPIRASI

>>TWITTER

Aa Gym Dukung Pasangan Prabowo Hatta

19.5.14


pkskudus.org - Pendiri dan Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tahid Bandung KH Abdullah Gymnastiar menyambut gembira duet Prabowo Subianto-Hatta Rajasa sebagai calon presiden-wakil presiden yang akan berkompetisi menuju RI-1 dan RI-2 pada pemilihan umum presiden Juli 2014.

"Saya menyambut baik dideklarasikannya pasangan Prabowo-Hatta. Dan, secara pribadi saya mendukung pasangan ini. Mereka adalah orang-orang baik,’’ ujar Aa Gym, sapaan akrab KH Abdullah Gymnastiar di depan sekitar 700 santri mandiri dan para ustadz di Markas Besar Daarut Tauhid Gegerkalong, Kota Bandung, Senin (19/5/14).

Selama ini, Aa Gym mengaku selalu netral, tidak pernah memberikan dukungan secara terbuka kepada para calon presiden-wakil presiden. Namun kali ini, kata Aa Gym, saya mendukung pasangan Prabowo-Hatta.

Lantas Aa Gym menceritakan beberapa alasan mendasar yang mebuat dirinya harus berpihak kepada Prabowo-Hatta.

"Pasangan ini kan mirip dengan Soekarno-Hatta,’’ kata Aa Gym setengah berkelakar mengawali cerita tentang perkenalannya dengan Prabowo.

Menurut Aa Gym dirinya sudah mengenal Prabowo pada tahun 1990-an, saat Prabowo menyandang jabatan Danjen Kopassus. Pada saat itu, ada seorang jenderal petinggi TNI yang amat disegani dan selalu menjadikan umat Islam sebagai target kebenciannya.

"Setahu saya, pada waktu itu hanya Prabowo yang terang-terangan membela umat Islam. Ini kenangan luar biasa saya tentang sosok Prabowo yang sulit dilupakan. Ia perwira militer yang tak rela melihat umat Islam dipinggirkan. Karena alasan ini, saya mendukung Prabowo," ujarnya.

Aa Gym menyebutkan bahwa Hatta merupakan pasangan yang cocok untuk mendampingi Prabowo. Kekurangan pemahaman Prabowo terhadap Islam, menurut Aa Gym, bisa dilengkapi oleh Hatta.

‘’Selain itu, Pak Hatta memiliki catatan yang positif selama berkiprah di pemerintahan,’’ ujarnya.

Hal lain yang menjadi alasan Aa Gym mendukung Prabowo-Hatta adalah komposisi koalisi partainya dinilai menarik. Gerindra yang nasionalis, kata Aa Gym, menggandeng PAN, PPP, dan PKS yang ketiganya merupakan partai yang berbasis massa Islam.

"Tetapi ini sikap saya pribadi. Silakan para santri dan ustadz menentukan sikap politik sendiri. Masa iya tidak ikut saya," ujar Aa Gym berseloroh yang disambut tawa para santri dan ustadz Daarut Tauhid. [inilah/im]

Gabung ke Gerindra, Koalisi Parpol Islam tak Sepenuhnya Gagal



Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta mengatakan, koalisi partai politik (parpol) Islam tidak sepenuhnya gagal. Sebab, mayoritas parpol Islam telah bergabung dalam satu gerbong koalisi.

“Faktanya tiga partai Islam bergabung di Gerindra. Artinya ini membawa harapan kepada seluruh aktivis pejuang Islam,” katanya sesaat sebelum deklarasi dukungan PKS kepada calon presiden Partai Gerindra Prabowo Subianto, Sabtu (17/5).

Menurut Anis, bergabungnya parpol Islam dalam gerbong koalisi Partai Gerindra menunjukkan adanya kesamaan visi. Secara tidak langsung, berkoalisi dalam satu gerbong berarti juga telah satu visi dalam membangun Indonesia.

Anis juga menyebutkan partainya tidak mempermasalahkan kalau memang cawapres untuk Prabowo Subianto bukan dari PKS. Dia menegaskan tidak ada mahar politik terkait kesepakatan cawapres yang sudah ditentukan mitra koalisi.

"Enggak masalah, enggak masalah. Kagak ada itu (mahar politik), kita kan ngurus negara," ujar Anis.

Anis mengatakan kesepakatan nama cawapres untuk Prabowo berdasarkan sistem mekanisme terbuka dan dibicarakan transparan antar pimpinan parpol. Anis tidak sungkan memuji sosok Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto yang bisa menyatukan suara pimpinan empat partai demi pemenangan di Pilpres.

"Prabowo menunjukkan diri benar-benar sebagai seorang demokrat. Semua dibuka dan dibicarakan terbuka apa adanya. Jadi, peserta koalisi juga puas dengan mekanisme ini. Di sini beliau menunjukkan sebagai demokrat sejati karena akhirnya yang kita inginkan adalah menang," ujar mantan anggota Komisi I DPR itu.

*berbagai sumber

Siapa Saja Anggota DPR RI PKS Hasil Pemilu 2014?

14.5.14


Jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) resmi mengumumkan perolehan kursi partai politik berdasarkan hasil pemilu legislatif 2014. Penetapan perolehan kursi dibacakan oleh Ketua KPU Husni Kamil Manik yang dimuat dalam Surat Keputusan Nomor 416/kpts/KPU/2014, Rabu sore, 14 Mei 2014.

Berikut perolehan kursi Dewan Perwakilan Rakyat untuk periode 2014-2019:

1. Partai Nasional Demokrat mendapat 35 kursi atau 6,3 persen
2. Partai Kebangkitan Bangsa mendapat 47 kursi atau 8,4 persen
3. Partai Keadilan Sejahtera mendapat 40 kursi atau 7,1 persen
4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mendapat 109 kursi 19,5 persen
5. Partai Golongan Karya mendapat 91 kursi atau 16,3 persen
6. Partai Gerakan Indonesia Raya mendapat 73 kursi atau 13.0 persen
7. Partai Demokrat mendapat 61 kursi atau 10,9 persen
8. Partai Amanat Nasional mendapat 49 kursi atau 8,8 persen
9. Partai Persatuan Pembangunan mendapat 39 kursi atau 7,0 persen
10. Partai Hati Nurani Rakyat mendapat 16 kursi atau 2,9 persen

40 Kursi DPR dari PKS

Berikut daftar 40 orang caleg PKS yang lolos ke Gedung DPR RI:

1. M Nasir Djamil (Aceh)
2. Tifatul Sembiring (Sumatera Utara)
3. Iskan Qolba Lubis (Sumatera Utara)
4. Ansory Siregar (Sumatera Utara)
5. Chairul Anwar (Riau)
6. Hermanto (Sumatera Barat)
7. Refrizal (Sumatera Barat)
8. Mustafa Kamal (Sumatera Selatan)
9. M Iqbal Romzi (Sumatera Selatan)
10. Almuzammil Yusuf (Lampung)
11. Abdul Hakim (Lampung)
12. Hidayat Nur Wahid (DKI Jakarta)
13. Adang Darajatun (DKI Jakarta)
14. Ahmad Zainuddin (DKI Jakarta)
15. Zulkiflimansyah (Banten)
16. Jazuli Juwaini (Banten)
17. Ledia Hanifa (Jawa Barat)
18. Ma’mur Hasanudin (Jawa Barat)
19. Ecky A Muharram (Jawa Barat)
20. Yudi Widiana Adia (Jawa Barat)
21. Soenmandjaja Rukmandis (Jawa Barat)
22. Mahfudz Abdurrahman (Jawa Barat)
23. Sa’aduddin (Jawa Barat)
24. Mahfudz Sidiq (Jawa Barat)
25. Nurhasan Zaidi (Jawa Barat)
26. Surahman Hidayat (Jawa Barat)
27. M Sohibul Iman (Jawa Barat)
28. Gamari (Jawa Tengah)
29. Abdul Kharis (Jawa Tengah)
30. HamidNur Yasin (Jawa Tengah)
31. Abdul Fikri (Jawa Tengah)
32. Sigit Sosiantomo (Jawa Timur)
33. Rofi’ Munawar (Jawa Timur)
34. Sukamta (DI Yogyakarta)
35. Fahri Hamzah (Nusa Tenggara Barat)
36. Aboe Bakar (Kalimantan Selatan)
37. Hadi Mulyadi (Kalimantan Timur)
38. Tamsil Linrung (Sulawesi Selatan)
39. Akmal Pasludin (Sulawesi Selatan)
40. Yudy Kotouky (Papua)

PKS Ajukan Gugatan Sengketa Pemilu ke MK

PKS mendaftarkan gugatan sengketa hasil Pemilu 2014 ke Mahkamah Konstitusi (MK). Gugatan diajukan karena adanya praktik kecurangan.

Sekretaris tim advokasi PKS, Yanuar Arif, menuturkan, partainya menduga ada suara yang hilang di sejumlah wilayah. Yanuar menambahkan jika suara itu dikembalikan, maka otomatis partainya akan mendapat 4 kursi tambahan. Demikian ujar Yanuar di Gedung MK, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Senin (14/5/2014). 

*dari berbagai sumber
http://www.pkspiyungan.org/2014/05/inilah-daftar-40-anggota-dpr-ri-pks.html

Makna 8,4 Juta Suara PKS ...

12.5.14

pkskudus.org Hattrick. Kata itulah yang terlintas di benak saya saat hasil suara PKS dalam pemilu legislatif diumumkan. Dari mulut Ketua KPU Husni Kamil Malik terucap angka 8.480.204 suara yang diperoleh PKS.

Ini untuk kali ketiga PKS mendapatkan suara di kisaran 8 juta. Pada pemilu 2004 memperoleh 8.206.020 suara dan pada pemilu 2009 mendapat 8.206.955. Bagaimana kita menafsirkan ini?

Agar tidak salah tafsir, kita harus melihat --meminjam istilah Priyo Budi Santoso-- suasana kebatinan masing-masing pemilu. Mari kita lihat satu per satu.

Pemilu 2004 konflik antara Megawati dan SBY mewarnai dinamika kala itu. SBY menjadi media darling dan kian melejit namanya saat istilah "Jenderal Kok Cengeng" terlontar dari bibir mendiang Taufik Kiemas. SBY mendapat simpati publik. Citranya semakin positif. Bisa dibilang, pemilu 2004 menjadi titik awal bagi upaya pencitraan massif capres dan SBY sebagai ikonnya.

Imbasnya, Partai Demokrat yang didirikan SBY mendapat durian runtuh. Baru ikut pemilu pertama kali, partai berlambang mercy itu memperoleh 7% suara. PKS pun mengalami lonjakan serupa. Tidak lolos parliamentary treshold dalam pemilu 1999 sehingga harus berganti nama dari PK ke PKS, partai ini melejit.

Dalam pemilu 2009, sosok SBY begitu dominan, tak memiliki lawan setimpal. Semua partai terkena tsunami Demokrat karena suaranya turun. Hanya dua partai yang naik: PD dan PKS.

Pemilu 2014 berlangsung saat badai dahsyat masih menyisakan perih di tubuh PKS. Kurang lebih satu tahun jelang pemilu, Presiden PKS dikriminalisasi dengan tuduhan suap. Citra PKS merosot drastis. Tapi kapal yang diharapkan karam oleh musuh-musuhnya itu justru mampu bertahan dan terus berlayar. Dan angka 8 juta kembali didapat.

Banyak pihak yang menafsirkan bahwa suara PKS stagnan, mandek dan tidak mengalami perkembangan. Pendapat ini benar jika kita melihatnya pada perolehan suara an sich. Tapi, jika kita melihat secara menyeluruh termasuk suasana kebatinan setiap pemilu, maka pendapat di atas perlu dikoreksi.

Dua pemilu terakhir kita mengalami suasana yang tak normal. Jika pemilu 2009 semua partai coba dibumihanguskan, maka dalam pemilu 2014, terlihat jelas PKS yang menjadi satu-satunya partai yang ingin dihabisi.

Bercermin dari itu, angka 8 juta memiliki bobot berbeda. Pemilu 2004 ibarat ujian SD, lalu naik level ke SMP pada 2009 dan ujian SMA pada pemilu 2014. Jenjang yang berbeda tentu saja memiliki soal yang juga berbeda kualitasnya. Dan cara kita menjawab soal pun berbeda pula.

Pemilu 2004 boleh dibilang suasana yang relatif bebas bagi PKS. Musuh-musuh tak memperhitungkan mengingat dalam pemilu sebelumnya tak lolos PT. PKS tak begitu diperhatikan sehingga suaranya melonjak drastis.

Angka 8 juta kala itu merupakan suara publik yang berharap besar PKS membawa perubahan. Dan suara itu terus bertahan pada pemilu selanjutnya dengan tingkat ujian yang sungguh luar biasa.
2004 periode publik yang berharap besar. Tahun 2009 masa ketika publik masih berharap pada PKS meski SBY menerjang dengan gelombang tsunaminya. Dan pada 2014, suara itu tetap bertahan pada saat yang menurut saya menjadi critical mass PKS. Ini sungguh fenomenal.

Critical mass PKS sudah kita lalui. Kita berharap, pemilu 2019 suasana kebatinannya berlangsung normal tanpa prahara. Jika itu yang terjadi, kita layak meniup balon optimisme akan melambungnya suara PKS. Tentu saja dengan syarat evaluasi internal dilakukan dan hasilnya dieksekusi dengan optimal.

Bukankah kita tak mau membuat quatrick dengan empat kali berturut-turut memperoleh 8 juta suara?



Erwyn Kurniawan

@Erwyn200
http://www.islamedia.co/2014/05/tafsir-8-juta-pks.html

Aleg PKS yang Biasa Naik Angkot dan KRL ini Kembali Terpilih ke Senayan

7.5.14



Diantara 11 caleg PKS Jawa Barat yang lolos ke Senayan ada sosok yang sangat bersahaja. Beliau adalah ustadz TB Soenmandjaja Roekmandis.

Sosok bersahaja dan bergaya hidup sederhana ini kembali dipilih masyarakat Jawa Barat mewakilinya di Gedung DPR Senayan Jakarta. Beliau merupakan anggota DPR RI periode 2009-2014 yang kembali terpilih pada pemilu leglislatif 9 April 2014 mewakili daerah pemilihan Jawa Barat V (Kabupaten Bogor).

Berikut kisah diantara kesederhanaan seorang Soenmandjaja yang juga menjabat sebagai Ketua Fraksi PKS di MPR RI periode 2009-2014:

***

Tak semua anggota DPR hidup glamor. Salah satu anggota DPR yang dikenal hidup sederhana dan bersaja adalah TB Soenmandjaja. Anggota Komisi II dari Fraksi PKS ini tidak canggung menggunakan angkutan saat pulang dan pergi kerja ke gedung DPR di Senayan. Bukan Bentley seharga 7 Miliyar, tapi angkot.

Soenmandjaja sudah jadi anggota DPR sejak 1999. Dengan gaji yang diterima tiap bulannya, dia mengaku sudah sangat cukup. Saat ini sebenarnya dua punya dua mobil, Toyota Rush dan Suzuki APV. Namun untuk pergi kerja, dia lebih senang angkutan umum.

"Rumah saya di sebuah kampung di Kabupaten Bogor. Setiap berangkat, saya jalan kaki dulu ke tempat angkot ngetem, kemudian disambung naik kereta ke stasiun Karet. Dari Karet, saya naik Kopaja 608 lalu turun di depan gedung DPR," tuturnya kepada wartawan.

Kenapa memilih naik angkutan umum? Soenmandjaja mengatakan, anggota DPR beda dengan pengusaha. Dia jadi anggota DPR karena ada orang yang mau memilihnya. Karena itu, sebisa mungkin dia menghargai para pemilihnya dengan hidup sederhana.

Soenmandjaja mengaku sesekali dirinya juga memang pakai kendaraan pribadi ke DPR. Tapi, itu dilakukan hanya saat dia harus membawa berkas banyak atau saat kerjaan di DPR sangat padat. "Kalau dihitung, tidak satu bulan sekali saya pakai kendaraan pribadi," katanya.

Baginya, naik kendaraan umum lebih enak. Sebab, di dalam kendaraan umum semacam kereta, dia bisa ketemu dengan banyak orang. Bisa diskusi dan bisa menyerap aspirasi. Karena itu, dia mengajak koleganya di DPR untuk sesekali mencoba menggunakan kendaraan umum. "Anggota DPR memang sepantasnya membatasi diri. Walau mampu, ya sebisa mungkin agar tetap sederhana. Sebab, jabatan DPR beda dengan pengusaha. DPR itu dipilih rakyat," tuturnya. (islamedia)

***

Tampil Sederhana ke Senayan, Ketua FPKS Ikut Digeledah Pamdal  

Tak semua anggota DPR/MPR/DPD tampil perlente. Sialnya, bagi yang tampil bersahaja biasanya "kurang dianggap" ketimbang mereka yang tampil glamor.

Pengalaman tak mengenakkan ini dialami oleh Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di MPR, TB Soenmandjaja Roekmandis. Karena penampilannya yang sederhana—ke mana-mana lebih suka jalan kaki atau naik commuter line dari rumahnya di Bogor menuju kantornya di gedung DPR—Soenmandjaja pun memiliki banyak kejadian tak mengenakkan ketika berhubungan dengan pengamanan dalam (Pamdal) DPR.

Saat berjalan kaki menuju pintu depan gedung DPR, ia sempat digeledah oleh Pamdal. Saat itu, Pamdal langsung menggeledah tas ransel yang dibawanya. Padahal, ia telah menyerahkan kartu identitas anggota DPR. "Saat Pamdal membaca bahwa saya anggota DPR, ia langsung memberi hormat," tutur Kang Soenman, panggilan akrabnya.

Saat ia akan keluar dari gedung DPR melalui pintu belakang, ia dikejar Pamdal karena curiga. Saat ia memberikan kartu identitas, Pamdal tidak percaya. Bahkan, Soenman dibawa ke kantor Pamdal. "Saya langsung bilang siapa komandan kamu, baca dulu kartu identitas saya, akhirnya mereka minta maaf," tuturnya.

[Bagi Kang Soenman, naik kereta api dan jalan kaki itu pilihan. (Foto: web)] Di lain waktu, ia juga ditanya Pamdal ingin bertemu siapa. Ketika mengetahui, Soenman anggota DPR, Pamdal tersebut malah bertanya mengapa ia memilih jalan kaki ke DPR. "Saya bilang itu pilihan," katanya.

Mengenai gaya hidup glamour politisi Senayan, ia tidak berpikiran negatif. Soenman mengatakan, banyak anggota DPR yang berpenghasilan di atas rata-rata sebelum terpilih. Sehingga untuk menaiki angkutan umum itu hanya pilihan. "Rumah saya juga tidak pakai AC dan anak-anak saya pakai angkutan umum kalau ke sekolah," tuturnya.

Ia menyarankan kepada pemerintah mengenai kereta api agar sepadan rel kereta api terbebas dari tempat tinggal dan tempat bisnis. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir kecelakaan. Sementara untuk moda transportasi umum perlu dilakukan pengendalian jumlah kendaraan. Lalu transportasi umum yang nyaman serta bersinergi antarjenis angkutan massal. "Ketepatan waktu angkutan umum yang harus diperhatikan," katanya. [tri/nonblok.com]


*follow ustadz @sunmandis on twitter

>> PILKADA UPDATE

>> TAUJIH

Alam Islami

 
 photo pksno3_zps07baf103.gif
© Copyright pks-kudus 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.