Undaan Kudus - Hujan deras memenuhi catatan kami sepanjang
hari. Hampir tidak ada sinar matahari yang mampu mengeringkan tanah di
pekarangan rumah kami hari itu. Hingga malam tiba, hujan barulah reda, namun
masih menyisakan hawa dingin yang sangat menusuk hingga ke tulang-tulang kami.
Suasana ini menjadikan orang-orang untuk segera menutup pintu dan ingin segera
terlelap dalam tidur.
Jumat malam, 20 Januari 2017, pintu rumah
yang semula tertutup digedor oleh beberapa warga.
"Pak Muali, Alvian putra De Juremi gang 22 hilang ke seret banjir." Lapor warga Undaan Lor kepada Suami. Alvian, 17 tahun, bersama
keenam rekannya siang itu sedang berwisata ke Desa rintisan wisata Wonosoco Undaan.
Kondisi Gunung Kendeng
yang berada di perbatasan selatan Kudus Pati rupanya sudah mulai gundul.
Sehingga luapan hujan yang cukup deras pagi itu mengakibatkan banjir bandang
melanda Desa Wonosoco yang berada dipinggir lingkungan tersebut. Nasib yang
dialami oleh Alvian berbeda dengan rekan-rekannya. Naas, saat ia sedang
berusaha menyelamatkan kendaraannya yang terseret banjir bandang kala itu,
rupa-rupanya ia ikut terseret juga karena tidak bisa menahan derasnya arus.
Lebih dari 30 rumah tergenang banjir.
Segera, hati nurani kami
langsung tergerak mengalahkan hawa dingin malam itu. Saya dan suami, beserta
tim relawan segera meluncur untuk terjun bersama relawan-relawan lain yang
sudah standby di lokasi. Puluhan relawan yang didominasi oleh para pria, segera
melakukan koordinasi untuk menyusur desa tersebut meski air hujan masih turun
menambah dinginnya malam.
“Alhamdulillah Bu Umi
Bariroh Anggota Dewan PKS kita juga turut hadir, pripun niki bu?” Seru Bu
Kholis salah satu kader PKS Ranting Wonosoco Undaan mendatangi saya sambil
menitikkan air matanya menyaksikan musibah banjir bandang yang masih menyisakan
lumpur.
Hati saya sebagai seorang
ibu memanaskan semangat untuk memberikan bantuan apa yang kami bisa. Bersama
ibu-ibu pengurus Ranting PKS yang sudah hadir, saya melakukan koordinasi
sendiri, upaya apa yang bisa kami lakukan untuk membantu kaum pria yang sedang
berjuang di luar sana. Setelah berdiskusi kami menyepakati untuk membantu
pasokan logistik. Segera ibu-ibu menyebar untuk mencari warung sayur-mayur
dilingkungan setempat. Dengan terpaksa pula kami harus mengetuk pintu-pintu
warung yang sudah tertutup.
Wonosoco adalah desa
kecil yang cukup jauh dari pusat keramaian Kecamatan Undaan. Jalanan gelap yang
sepi dan dikelilingi sawah, membuat nyali kami, para ibu, cukup bergidik.
Alhasil, setelah jarum jam menunjukkan pukul dua, hidangan yang kami racik di
rumah Ketua Ranting PKS Wonosoco siap untuk disajikan. Nasi bungkus dan teh
hangat, semoga mampu menambah semangat mereka yang sedang berjuang menyisiri
aliran sungai bekas banjir bandang. Alhamdulillah kami masih bisa melakukan
sesuatu untuk membantu.
Keesokan harinya, korban
belum juga ditemukan. Relawan PKS, tim BPPD, Karang
Taruna Desa Undaan Lor, masyarakat Desa Undaan Lor dan Desa Wonosoco masih melakukan penyisiran. Tim
kami pun selalu berkoordinasi dengan para korlap, Kepala
Camat Undaan dan para Kepala Desa. Dengan
bertambahnya relawan yang datang untuk mencari korban tentunya akan semakin
mudah dalam melakukan pencarian. Tugas kami sebagai relawan ibu-ibu PKS belum
selesai. Kami memulai kembali kegiatan masak-memasak untuk menambahkan stamina
dan menjaga kebugaran para relawan dengan asupan makanan.
Ada haru yang tampak saat
turun bersama dan menyaksikan sendiri perjuangan tidak hanya para pria namun
juga para ibu untuk saling membantu dan saling meringankan beban. Disaat yang
lain terlelap dan terbungkus selimut hangat pada malam hari, hati kami tergerak
untuk berperan serta dalam aksi kemanusiaan ini. Alhamdulillah jenazah
ditemukan pada tanggal 22 Januari 2017 pukul 00.00 dini hari meskipun lokasi cukup
jauh dari tempat banjir, berada di sungai Prawoto perbatasan Kudus-Pati.
Oleh:
Umi Bariroh
Anggota
Dewan FPKS Kab. Kudus
Dokumentasi:
0 comments:
Post a Comment