News Ticker :

Umur 18 Tahun, Putra Anggota DPR PKS Ini Hafal Al-Qur'an 30 Juz

5.6.14


Umur 18 Tahun, Putra Anggota DPR PKS Ini Hafal Al-Qur'an 30 Juz

    Menghafal Al-Qur’an merupakan salah cara menjaga kemurnian ajaran Islam  serta pintu gerbang manusia yang ingin sungguh-sungguh memahaminya. Begitulah penuturan Muhammad Saihul Basyir (18 tahun) ketika ditanya tentang pencapaiannya menjadi penghafal Al-Qur’an 30 juz sejak kelas enam Sekolah Dasar (SD).

    Basyir, sapaan akrabnya, merupakan finalis Musagaqah Tilawatil Quran cabang Tahfiz Al-Qur’an. Tak ada trik khusus untuk menghafal Al-Qur’an, karena menjadi Hafiz (penghafal Al-Qur’an) tak bisa dilakukan dalam jangka waktu yang instan. Menghafal Al-Qur’an merupakan buah dari kedisiplinan dibarengi kesungguhan hati untuk memperoleh ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Dalam menghafal Al-Qur’an, kata Basyir, hal utama yang mesti dilakukan adalah meniatkannya karena Allah semata. Menghafal Al-Qur’an, ujar Basyir, ibarat melakukan bagian dari berjihad di jalan-Nya. Sebelum menghafal Al-Qur’an, kita mesti terlebih dahulu mengikuti program tahsin (memperbaiki bacaan Al-Qur’an).

    Tujuannya untuk memperbaiki pelafalan bacaan Al-Qur’an dan menguasai tajwid. Setelah itu barulah menginjak ke tahap menghafal Al-Qur’an. Subuh dan Maghrib, menurut Basyir, merupakan waktu yang ideal untuk menghafal Al-Qur’an.

    Keberadaan Musyrif atau guru pembimbing pun tak kalah penting sebagai pengontrol dan pemicu semangat menghafal. Musyrif juga akan membantu proses evaluasi hafalan secara berkala. “Setiap juz yang sudah selesai dihafal harus dites sampai mengetahui dan memperbaiki tingkat kesalahan sekecil mungkin. Begitu juga per lima juz, per sepuluh juz, dan seterusnya sesuai kelipatan hingga 30 juz,” papar basyir.

    Saat ini pemuda kelahiran Jakarta, 10 Januari 1996 ini masih duduk di bangku SMA kelas tiga di Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia, Bogor, Jawa Barat. Ia mengungkapkan, keberhasilannya menghafal Al-Qur’an, serta menjaga hafalannya, tak lepas dari peranan kedua orang tua.

    Sejak kecil, anak dari pasangan Mutammimul Ula dan Wirianingsih ini sudah terbiasa dengan lingkungan Qur’ani. Kedisiplinan dan aturan keluarga merupakan faktor pendukung keberhasilannya. Sang ibu, Wirianingsih, mengatur jadwal menonton televisi hanya dua jam setiap hari.

    Selain itu, ayahnya secara naluri dan rutin menyetel radio atau kaset murattal Al-Qur’an Imam Masjidil Haram. Maka setiap saat, lingkungan keluarga selalu bernuansa Qur’ani. Di rumah orang tua Basyir, juga ada pula perpustakaan pribadi berisikan koleksi buku hingga empat sampai lima ribu buku.

    Sekilas tentang keluarganya, ayahnya yang bernama Mutammimul Ula (57 tahun) adalah seorang yang berasal dari Solo, tepatnya di kecamatan Sragen. Sang kakek mendidik ayahnya dengan didikan yang keras, karena dahulu kakek dari sang ayah adalah seorang yang aktif di partai Masyumi, sehingga apa yang telah diterapkan oleh kakek kepada ayahnya menurun kepada anak-anaknya juga.

    Pak Tamim (begitu sang ayah dipanggil) menamatkan SMA di sebuah sekolah Islam di Solo bernama SMA Al-Islam, kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas Syariah Universitas Islam Sultan Agung Semarang pada tahun 1977, hingga akhirnya aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) dan juga sempat menjadi ketua umum Pengurus Besar PII tersebut selama satu periode (1983-1986). Pak Tamim juga seorang Magister Ilmu Hukum di Universitas Indonesia tahun 2007 yang sebelumnya menyelesaikan Sarjana Hukum di Universitas Diponegoro tahun 1982. Dalam dunia politik, Mutammimul Ula tergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang pernah membawanya menjadi anggota DPR-RI pada periode 1999-2004 dan terpilih kembali pada periode 2004-2009.

    Sedangkan ibunya yang bernama Wirianingsih (51 tahun) adalah orang Jakarta. Sama dengan ayahnya, sang ibu juga dibesarkan oleh kakek yang juga seorang veteran, kemudian menamatkan jenjang S1 di Universitas Padjajaran (Unpad) pada Fakultas Ilmu Komunikasi, dan melanjutkan S2 di UI Salemba mengambil Psikologi.

    Ibu Wiwi (panggilan akrab kesehariannya) bukanlah orang yang tidak memiliki kesibukan, melainkan seorang wanita yang super sibuk. Sejak muda aktif di berbagai organisasi, pernah menjadi pengurus wilayah PII-Jawa Barat, Pengurus Besar PII, dan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Universitas Islam Bandung (Unisba), Ketua Pengurus Pusat Salimah (sebuah organisasi Muslimah yang tersebar di 30 provinsi) tahun 2005-2010, Ketua Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Indonesia, Presidium Badan Musyawarah Organisasi Wanita Islam (BMOWI) 2007-2012, dan Ketua Yayasan Citra Insani (2009 hingga kini). Ia juga pernah menjadi anggota delegasi RI dalam sidang United Nations Comission on the Status of Women (UNCSW) ke-51 di New York, Amerika Serikat. Kini, Ibu Wiwi menjadi anggota DPR-RI Komisi IX dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

    Cita-cita terbesar kedua orang tuanya adalah menciptakan generasi penghafal Al-Qur’an di masa yang akan datang, hingga akhirnya dikaruniai sebelas orang anak. Alhamdulillah enam orang dari sebelas anaknya sudah berhasil mengkhatamkan hafalan Al-Qur’an. (RoL/dakwatuna)

http://www.islamedia.co/2014/06/putra-anggota-dpr-pks-ini-hafal-al.html Menghafal Al-Qur’an merupakan salah cara menjaga kemurnian ajaran Islam serta pintu gerbang manusia yang ingin sungguh-sungguh memahaminya. Begitulah penuturan Muhammad Saihul Basyir (18 tahun) ketika ditanya tentang pencapaiannya menjadi penghafal Al-Qur’an 30 juz sejak kelas enam Sekolah Dasar (SD).
Basyir, sapaan akrabnya, merupakan finalis Musagaqah Tilawatil Quran cabang Tahfiz Al-Qur’an. Tak ada trik khusus untuk menghafal Al-Qur’an, karena menjadi Hafiz (penghafal Al-Qur’an) tak bisa dilakukan dalam jangka waktu yang instan. Menghafal Al-Qur’an merupakan buah dari kedisiplinan dibarengi kesungguhan hati untuk memperoleh ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dalam menghafal Al-Qur’an, kata Basyir, hal utama yang mesti dilakukan adalah meniatkannya karena Allah semata. Menghafal Al-Qur’an, ujar Basyir, ibarat melakukan bagian dari berjihad di jalan-Nya. Sebelum menghafal Al-Qur’an, kita mesti terlebih dahulu mengikuti program tahsin (memperbaiki bacaan Al-Qur’an).
Tujuannya untuk memperbaiki pelafalan bacaan Al-Qur’an dan menguasai tajwid. Setelah itu barulah menginjak ke tahap menghafal Al-Qur’an. Subuh dan Maghrib, menurut Basyir, merupakan waktu yang ideal untuk menghafal Al-Qur’an.
Keberadaan Musyrif atau guru pembimbing pun tak kalah penting sebagai pengontrol dan pemicu semangat menghafal. Musyrif juga akan membantu proses evaluasi hafalan secara berkala. “Setiap juz yang sudah selesai dihafal harus dites sampai mengetahui dan memperbaiki tingkat kesalahan sekecil mungkin. Begitu juga per lima juz, per sepuluh juz, dan seterusnya sesuai kelipatan hingga 30 juz,” papar basyir.
Saat ini pemuda kelahiran Jakarta, 10 Januari 1996 ini masih duduk di bangku SMA kelas tiga di Pesantren Terpadu Darul Qur’an Mulia, Bogor, Jawa Barat. Ia mengungkapkan, keberhasilannya menghafal Al-Qur’an, serta menjaga hafalannya, tak lepas dari peranan kedua orang tua.
Sejak kecil, anak dari pasangan Mutammimul Ula dan Wirianingsih ini sudah terbiasa dengan lingkungan Qur’ani. Kedisiplinan dan aturan keluarga merupakan faktor pendukung keberhasilannya. Sang ibu, Wirianingsih, mengatur jadwal menonton televisi hanya dua jam setiap hari.
Selain itu, ayahnya secara naluri dan rutin menyetel radio atau kaset murattal Al-Qur’an Imam Masjidil Haram. Maka setiap saat, lingkungan keluarga selalu bernuansa Qur’ani. Di rumah orang tua Basyir, juga ada pula perpustakaan pribadi berisikan koleksi buku hingga empat sampai lima ribu buku.
Sekilas tentang keluarganya, ayahnya yang bernama Mutammimul Ula (57 tahun) adalah seorang yang berasal dari Solo, tepatnya di kecamatan Sragen. Sang kakek mendidik ayahnya dengan didikan yang keras, karena dahulu kakek dari sang ayah adalah seorang yang aktif di partai Masyumi, sehingga apa yang telah diterapkan oleh kakek kepada ayahnya menurun kepada anak-anaknya juga.
Pak Tamim (begitu sang ayah dipanggil) menamatkan SMA di sebuah sekolah Islam di Solo bernama SMA Al-Islam, kemudian melanjutkan pendidikan di Fakultas Syariah Universitas Islam Sultan Agung Semarang pada tahun 1977, hingga akhirnya aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) dan juga sempat menjadi ketua umum Pengurus Besar PII tersebut selama satu periode (1983-1986). Pak Tamim juga seorang Magister Ilmu Hukum di Universitas Indonesia tahun 2007 yang sebelumnya menyelesaikan Sarjana Hukum di Universitas Diponegoro tahun 1982. Dalam dunia politik, Mutammimul Ula tergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang pernah membawanya menjadi anggota DPR-RI pada periode 1999-2004 dan terpilih kembali pada periode 2004-2009.
Sedangkan ibunya yang bernama Wirianingsih (51 tahun) adalah orang Jakarta. Sama dengan ayahnya, sang ibu juga dibesarkan oleh kakek yang juga seorang veteran, kemudian menamatkan jenjang S1 di Universitas Padjajaran (Unpad) pada Fakultas Ilmu Komunikasi, dan melanjutkan S2 di UI Salemba mengambil Psikologi.
Ibu Wiwi (panggilan akrab kesehariannya) bukanlah orang yang tidak memiliki kesibukan, melainkan seorang wanita yang super sibuk. Sejak muda aktif di berbagai organisasi, pernah menjadi pengurus wilayah PII-Jawa Barat, Pengurus Besar PII, dan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Universitas Islam Bandung (Unisba), Ketua Pengurus Pusat Salimah (sebuah organisasi Muslimah yang tersebar di 30 provinsi) tahun 2005-2010, Ketua Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Indonesia, Presidium Badan Musyawarah Organisasi Wanita Islam (BMOWI) 2007-2012, dan Ketua Yayasan Citra Insani (2009 hingga kini). Ia juga pernah menjadi anggota delegasi RI dalam sidang United Nations Comission on the Status of Women (UNCSW) ke-51 di New York, Amerika Serikat. Kini, Ibu Wiwi menjadi anggota DPR-RI Komisi IX dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Cita-cita terbesar kedua orang tuanya adalah menciptakan generasi penghafal Al-Qur’an di masa yang akan datang, hingga akhirnya dikaruniai sebelas orang anak. Alhamdulillah enam orang dari sebelas anaknya sudah berhasil mengkhatamkan hafalan Al-Qur’an. (RoL/dakwatuna)
http://www.islamedia.co/2014/06/putra-anggota-dpr-pks-ini-hafal-al.html

Share this Article on :

0 comments:

Post a Comment

>> PILKADA UPDATE

>> TAUJIH

Alam Islami

 
 photo pksno3_zps07baf103.gif
© Copyright pks-kudus 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.