News Ticker :

Penghargaan untuk Pak Mentri Pertanian

13.2.09

JAKARTA – Menyambut HUT ke-16, Harian Umum REPUBLIKA mengumumkan anugerah Tokoh Perubahan 2008. Dengan mengambil tema produktivitas, Republika memilih Mentan Anton Apriyantono sebagai satu dari lima tokoh produktif dan reformatif yang pantas diberi award tahun ini. Penganugrahan award akan disampaikan Jumat (6/2) malam di Plaza Bapindo, Sudirman, Jakarta.



Selain Anton Apriyantono (Menteri Pertanian), empat tokoh lain yang meraih penghargaan adalah: Nur Hassan Wirajuda (Menteri Luar Negeri), A Riawan Amin (CEO Bank Muamalat), Seto Mulyadi (Ketua Komnas Perlindungan Anak), dan Darmin Nasution (Dirjen Pajak).
Anton Apriyantono, tulis Republia, ''kita pilih karena berhasil membawa swasembada beras dan jagung. Bahkan, sejumlah komoditas lain pun terus meningkat, seperti kacang kedelai.'' Kita ingat di awal masa jabatannya, Anton digempur kiri-kanan akibat melambungnya harga beras. Indonesia pun menjadi importir beras terbesar di dunia. Seruan pencopotan Anton bergema, orang juga membuka kepakarannya yang tak sesuai.



Kini, kita tak hanya berswasembada, tapi juga surplus. Hal ini berbeda dengan prestasi swasembada beras di masa Orde Baru pada 1984. Saat itu, digembar-gemborkan Indonesia berswasembada beras, sehingga Soeharto, presiden Indonesia saat itu, mendapat kesempatan berpidato di sidang FAO. Padahal, saat itu kita masih impor beras, karena memang definisi swasembada beras adalah jika kita mampu memenuhi 90 persen kebutuhan nasional. Saat itu, kita masih mengimpor 414.300 ton beras. Produksi tahun itu 25,93 juta ton beras. Sedangkan tahun 2008 lalu, kita berhasil memproduksi 35,26 juta ton beras, sedangkan konsumsinya diperkirakan 32 juta ton.



Kita juga mencatat prestasi Anton lainnya. Pria yang santun dan bersahaja ini juga dikenal sebagai figur yang bersih. Tak ada gosip KKN yang menerpanya. Dia adalah orang yang amanah dan bersungguh-sungguh mengabdikan dirinya untuk bangsa dan negara.



ANTON APRIYANTONO
Membawa Swasembada Beras
Impor beras merupakan ‘teman akrab’ dalam beberapa tahun terakhir bagi pemerintah Indonesia. Negeri yang memiliki lahan cukup subur ini, ternyata tidak mampu mencukupi sendiri kebutuhan beras.
Lucu memang. Apalagi kalau mengutip bait lirik lagu Koes Plus: tongkat, kayu dan batu jadi tanaman. Lagu itu menggambarkan betapa suburnya lahan di Indonesia.
Dalam empat tahun terakhir, data menunjukan impor beras terus terjadi. Pada tahun 2004 Indonesia mengimpor beras sebanyak 29.350 ton.



Satu tahun berikutnya impor beras Indonesia hanya 68 ribu ton. Pada 2006 impor beras naik lagi menjadi 83.100 ton, dan pada 2007 Indonesia mengimpor 1,3 juta ton.
Namun, tahun 2008, Indonesia mampu memenuhi kebutuhan beras sendiri. Ren cana impor beras pun tak lagi diwujudkan. Menteri Pertanian Anton Apriyantono menjadi salah satu kunci dari kesuksesan ini.



Anton yang sehari-harinya bertugas mengurusi soal pertanian mempunyai peran penting membawa Indonesia swasembada beras.
Dengan rendah hati Mentan menyebut kunci sukses dari swasembada beras terdiri dari tiga pilar. Pilar yang pertama dan paling utama adalah keyakinan. "Kita harus yakin dan percaya bahwa bangsa Indonesia mampu melakukan swa sembada beras. Apalagi niat baik ini diridhoi oleh Allah SWT," kata menteri yang ramah ini kepada Republika pekan lalu.



Pilar yang kedua, terang Anton, adalah komitmen untuk mewujudkan swasembada beras. Komitmen tersebut diwujudkan oleh Presiden dengan cara men canangkan revitalisasi pertanian guna mencapai swasembada beras. Dalam kegiatan tersebut, Wakil Presiden bertindak sebagai pelaksananya.
Sedangkan pilar yang ketiga adalah keberanian mengambil resiko dan keberanian menerapkan program. Untuk mewujudkan program swasembada beras membutuhkan dana yang besar dan memiliki resiko gagal yang besar pula. ‘’Namun dengan keyakinan yang kuat dan program yang tepat, swasembada beras pasti tercapai.’‘
Padahal pada awalnya, tidak ada seorang pengamat pertanian pun yang optimistis bahwa swasembada beras akan tercapai. Mereka berpikir bahwa program swasembada beras tidak akan berhasil.
Bagaimana sejarahnya sehingga swasembada beras ini dapat terwujud? Begitu program swasembada beras dica nangkan, urai Anton, Departemen Per tanian melakukan penelitian terhadap faktor-faktor apa saja yang bisa me ning katkan produksi beras dalam waktu cepat.



Ternyata solusinya adalah penggunaan benih unggul yang bisa berproduksi dua kali lipat dari benih biasa. Pada tahun 2007, pemerintah menganggarkan dana sebesar Rp 1 triliun untuk membeli be nih unggul padi, jagung, dan kedelai. Be nih unggul padi dibagikan kepada pe tani supaya produksi padi mereka me ningkat. Melalui program sekolah lapang, para petani diberi benih unggul dan diajari bagaimana cara bercocok tanam yang baik, termasuk penggunaan pupuk yang tepat. Sehingga, produksi padi mereka bisa meningkat.



Di Indonesia terdapat 1,5 juta hektare sekolah lapang yang tersebar di seluruh provinsi. Dalam sekolah lapang tersebut, sawah dijadikan laboratorium. ‘’Jadi, pe tani diajari dan diperlihatkan bagaimana hasilnya menanam padi dengan benih unggul secara langsung. Hal itu membuat mereka tertarik untuk mencobanya,’‘ katanya.



Para penyuluh di sekolah lapang, kata Anton, terdiri dari 128 ribu PNS dan puluhan ribu tenaga harian lepas yang digaji pemerintah. Pada tahun 2008 terdapat penambahan tenaga harian lepas sebanyak 10 ribu orang. Pada tahun 2009, pemerintah berencana menambah tenaga harian lepas sebanyak 10 ribu orang.
Anton sering menginap di desa petani untuk memberikan motivasi, bimbingan dan arahan kepada mereka. Hal itu sangat penting, selain untuk mengetahui kesulitan yang dirasakan oleh petani juga memberi mereka solusi terhadap masalah pertanian yang dihadapi.
Di mata Ketua Kontak Tanu Nelayan Andalan (TNA) Winarno, swasembada beras di 2008 merupakan hasil kinerja Mentan yang cukup baik. Selain itu juga hasil kerja keras petani yang berkomitmen untuk meningkatkan produksi beras. "Kinerja Mentan sudah lebih baik dari tahun 2007," paparnya.
Sumber deptan.go.id
Share this Article on :

0 comments:

Post a Comment

>> PILKADA UPDATE

>> TAUJIH

Alam Islami

 
 photo pksno3_zps07baf103.gif
© Copyright pks-kudus 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.